MAKALAH SETRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN
1
JUDUL
DAUN TUNGGAL dan DAUN MAJEMUK
Disusun
oleh :
Arifatul
Mukminin (10620049)
Andre
Setiawan (10620048)
Deni
Hidayat (10620047)
Hidayatul
Lutfiah (10620050)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
BAB
1
Pendahuluan
Latar
belakang
Daun
merupakan suatu bagian tumbuhan yang sangat penting. Dalam tumbuhan daun
berperan sebagai tempat terjadinya fotosintesis. Daun memiliki banyak bentuk
dan corak. Bisa kita lihat dari pohon-pohon disekitar kita. Ada yang bentuknya
lonjong, ada yang bulat ada yang bentuk hati dan masih banyak bentk lainnya.
Diantara pengklasifikasian daun ada yang dibagi berdasarkan jumlah daun pada
tangkai yaitu daun tunggal dan daun majemuk.
Daun tunggal dibagi lagi dalam
beberapa tipe, dan juga demikian dengan daun majemuk. Daun tunggal itu sendiri
adalah daun yang pada tangkai daunnya hanya terdapat sebuah daun. Sedangkan
daun majemuk dalam satu tangkai daun terdapat banyak daun.
BAB 2
ISI
Daun
tunggal (folium simplex) dan Daun
majemuk (folium compositum)
Jika kita memperhatikan daun
berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat, bahwa ada diantaranya yang:
·
Pada tangkai daunnya
hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun yang demikian dinamakan daun
tunggal (folium simplex).
·
Tangkainya
bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya,
sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun
dengan susunan yang demikian disebut daun majemuk (folium compositum).
1.
DAUN TUNGGAL
Disebut daun
tunggal karena pada satu tangkainya hanya terdapat satu helaian daun dan
umumnya kuncup daun berada di ketiak tangkai daun. Ciri khas lain dari daun
tunggal adalah terbentuk tidak bersamaan dan gugurnya daun diawali dari daun
yang tua, kemudian diikuti oleh daun yang muda. Berikut adalah hal-hal yang
berkaitan dengan daun tunggal.
a. Susunan
Daun
Susunan
daun pada daun tunggal ada yang lengkap atau tidak lengkap. Disebut daun
lengkap jika memiliki bagian utama seperti upih daun atau pelepah
daun(vagina;sheath), tangkai daun (petiole;stalk), dan helaian daun
(lamina;blade), misalnya pada daun pisang (Musa paradisiaca); daun pinang
(Arreca catechu); dan daun talas (Colocasia esculenta). Sementara itu, disebut
daun tidak lengkap jika tidak memiliki salah satu atau dua dari bagian-bagian
utama tersebut. Daun tidak lengkap dapat memiliki penampakan sebagai berikut.
1) Daun
bertangkai, apabila daun hanya memiliki bagian tangkai dan helaian daun.
2) Daun
berupih, apabila daun hanya memiliki bagian upih dan helaian daun.
3) Daun
duduk(sessile), daun hanya memiliki helaian daun saja. Daun duduk memiliki tipe
yang duduk, tetapi pangkal daun memeluk batang sehingga disebut duduk memeluk
batang (amplexicaulis).
4) Daun
semu (filodia), yaitu daun yang berkembang dari tangkai daun yang melebar.
b. Bentuk
daun
Bentuk
helaian daun sangat menentukan bentuk daun, sedangkan bentuk tangkai dan upih
daun tidak ikut menentukan bentuk daun. Menurut posisi bagian daun yang terlebar,
bentuk helaian daun dibagi menjadi empat seri/pola pokok helaian daun sebagai
berikut.
1) Bagian
terlebar berada kurang lebih di tengah-tengah helaian daun. Bentuk-bentuk daun
yang termasuk dalam pola ini antara lain bentuk bulat/orbicularis,perisai/peltatus,
elips/ovalis/elipticus,memanjang/oblongus, dan lanset/lanceolatus.
2) Bagian
terlebar berada dibawah tengah-tengah helaian daun. Pola ini terdiri dari dua
golongan, yaitu helaian daun yang pangkal daunnya tidak bertoreh (bentuk bulat
telur/ovatus, segi tiga/triangularis/delta/deltoideus, dan belah ketupat/rhomboideus)
serta helaian daun yang pangkal daunnya bertoreh (bentuk jantung/cordatus, ginjal/reniformis, anak panah/sagitatus,
tombak/hastatus, dan bertelinga/auriculatus).
3) Bagian
telebar berada di atas. Bentuk-bentuk daun yang termasuk dalam pola ini antara
lain bentuk bulat telur terbalik/obovatus,
jantung terbalik/obcordatus,segi tiga
terbalik/cuneatus, dan sudip/spathulatus.
4) Tidak
ada bagian terlebar. Bentuk-bentuk daun yang termasuk dalam pola ini antara
lain bentuk garis/lineris, bangun
pita/lingulatus, pedang/ensiformis,paku/subulatus, dan jarum/acerosus.
c.
Ujung helaian daun (apex folii)
Ujung
daun memiliki variasi bentuk yang sangat beragam, antara lain sebagai berikut.
1) Runcing/acutus
2) Meruncing/acuminatus
3) Tumpul/obtusus
4) Membulat/rotundatus
5) Rompang/truncatus
6) Terbelah/retusus
7) Berekor/caudatus
8) Berduri/mucronatu
- DAUN
MAJEMUK
Suatu
daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, yang torehnya
sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun diantara toreh-toreh itu terpisah
satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil yang
tersendiri.
Pada suatu daun majemuk dapat kita
bedakan bagian-bagian berikut :
a) Ibu
tangkai daun (potiolus communis),
yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya,
yang disini masing-masing dinamakan anak daun (foliolum). Ibu tangkai daun ini dapat dipandang merupakan
penjelmaan tangkai daun tunggal ditambah dengan ibu tulangnya, oleh sebab itu
kuncup ketiak pada tumbuhan ynag mempunyai daun majemuk, letaknya juga diatas
pangkal ibu tangkai pada batang.
b) Tangkai
anak daun (petiololus), yaitu
cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun. Bagian ini dapat dianggap
sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal, oleh sebab
itu di dalam ketiaknya tak pernah terdapat suatu kuncup.
c) Anak
daun (folium). Bagian ini
sesungguhnya adalah bagian-bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya
toreh menjadi terpisah-pisah. Anak daun pada suatu daun mejemuk lazimnya
mempunyai tangkai yang pendek saja atau hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya
pada daun selderi (Apium graveolens L.).
Ada kalanya anak daun mempunyai tangkai yang cukup panjang dan jelas kelihatan,
misalnya pada daun mangkokan (Nothoponax
scutellarium Merr.).
Karena suatu
daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, pada daun majemuk
dapat pula kita temukan bagian-bagian lain seperti pada daun tunggal, misalnya:
d) Upih
daun (vagina), yaitu bagian dibawah
ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat
pada daun pinang (Areca catechu L.).
Sama
halnya dengan daun tunggal, pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau di dekat
pangkal ibu tangkai itu dapat pula ditemukan sepasang daun penumpu, seperti
misalnya pada daun mawar (Rosa sp.), yang berupa dua daun kecil melekat pada
kanan kiri pangkal ibu tangkai daun, dan kacang kepri (Pisum sativum L.) yang disini
merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta menunaikan tugas daun sebagai
alat untuk berasimilasi.
Dengan
uraian diatas kiranya sudah cukup petunjuk untuk mengenal suatu daun majemuk,
dan tidak akan keliru dengan suatu cabang yang mempunyai daun-daun tunggal.
Sebagai tambahan dapat juga kiranya dikemukakan bahwa:
a. Pada
satu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama-sama dan biasanya un runtuh
bersama-sama pula, sedang suatu cabang dengan daun-daun tunggal mempunyai daun
yang tak sama umur maupun besarnya, dan tentu saja daun-daun tadi tidak runtuh
bersama-sama.
b. Pada
suatu daun majemuk seperti daun tunggal pula terdapat pertumbuhan yang
terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai
kuncup. Suatu cabang biasanya selalu bertambah panjang dan mempunyai sebuah
kuncup di ujungnya.
c. Pada
daun majemuk tak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang pada suatu
cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu atau mungkin lebih dari satu
kuncup.
Walaupun
demikian selalu ada hal-hal yang jika kurang seksama pemeriksaannya dapat
menyesatkan, seperti misalnya:
a. Pada
pohon cerme (Phyllanthus acidus Skeels) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L.). Kedua pohon ini mempunyai daun majemuk, tetapi daun majemuk ini sampai
agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan memanjang, sehingga anak daunnya
mempunyai umur yang berbeda, oleh karena itu juga tidak luruh berbarengan. Kita
sering melihat anak daun pada pangkal ibu tangkai sudah runtuh, sedang pada
ujungnya masih ada anak daun yang kelihatan segar (masih hijau).
b. Pada
tumbuhan menira (Phyllanthus niruri L.) dan katu (Sauropus androgynus Merr.)
terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal yang berseling, yang tumbuh mendatar
dari batang pokok dan terbatas pertumbuhannya (tidak bertambah panjang lagi).
Cabang-cabang berdaun ini akan kita kira daun majemuk, tetapi dugaan itu keliru
karena dari ketiak-ketiaknya pada waktu-waktu tertentu akan tampak keluar bunga
yang kemudian jadi buah pula. Jika itu daun majemuk, padanya tak mungkin akan
kta temukan bunga atau buah.
Jelaslah
sudah, bahwa untuk menghindari terjadinya kekeliruan, dalam soal apapun selalu
diperlukan penelitian atau pemeriksaan yang saksama.
Menurut
susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan dalam dua
golongan, yaitu :
1. Daun
majemuk menyirip (pinnatus), jika anak daun tersusun seperti sirip pada kanan
kiri ibu tangkainya.
2. Daun
majemuk menjari (palmatus),
3. Daun
majemuk bangun kaki (pedatus)
4. Daun
majemuk campuran (digitato pinnatus)
Daun majemuk menyirip (Pinnatus)
Yang
dinamakan daun majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak daunnya terdapat
di kanan kiri ibu tangkai daun, jadi tersusun seperti sirip pada ikan.
Daun majemuk menyirip
dapat dibedakan dalam beberapa bentuk:
1. daun majemuk menyirip beranak daun satu
(unifoliolatus). Tanpa pengamatan yang teliti daun menyirip beranak satu akan
nampak seperti daun tunggal, tetapi pada tangkai daun memperlihatkan suatu
persendian (articulatio), jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada
ibu tangkai. Pada daun menyirip beranak daun satu sebenarnya juga terdapat
lebih dari satu helaian daun, hanya saja telah terinduksi, sehingga tinggal
satu anak daun saja. Daun menyirip beranak daun satu biasanya terdapat pada
berbagai pohon jeruk, a.l jeruk besar (Citrus maxima Merr.), jeruk nipis
(Citrus auranotifolia Sw.), dll.
2. Daun majemuk
menyirip genap (abrupt pinnatus). Biasanya pada daun ini terdapat
sejumlah anak daun yang baerpasang-pasangan di kana kiri ibu tulang, oleh sebab
itu jumlah anak daunnya menjadi genap. Akan tetapi, mengingat bahwa pada suatu
daun majemuk menyirip anak-anak daun tidak selalu berpasang-pasangan. Untuk
menentukan daun menyirip genap atau tidak. Tidak lagi menghitung jumlah anak daun,
tetapi melihat kepada ujung ibu tangkainya . Jika ujung ibu tangkai terputus,
artinya pada ujung ibu tangkai terdapat suatu anak daun, sehingga ujung ibu
tangkai bebas,atau kadang-kadang tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah
runtuh.hal ini menunjukkan bahwa daun tersebut menyirip genap.dengan keterangan
ini jelaslah bahwa satu daun menyirip genap mungkin memiliki jumlah anak daun
gasal. Contoh dari daun menyirip genap yaitu pohon asam (Tamarindus indica L.).
adapun daun majemuk menyirip genap,tetapi jumlah anak daunnya gasal dapat kita
jumpai pada pohon leci ( Litchi chinensis Sonn.)
3. Daun majemuk menyirip gasal (imparipinatus),
di sini menjadi pedoman ialah ada tidaknya satu anak daun yang menutup ujung
ibu tangkainya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan kita dapati jumlah anak
daun yang benar-benar gasal jika anak daun berpasangan, sedang di ujung ibu
tangkai tetdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak daun ini lebih besar
dari pada daun lainya), seperti halnya pada daun mawar (Rosa sp.). Sebagai
kebalikan daun majemuk menyirip genap yang dapat mempunyai anak daun gasal,
daun majemuk menyirip gasal dapat juga mempunyai anak daun yang genap, seperti
pada pohon pacar cina (Aglaia odorata Loar.)
Adapun daun majemuk
menyirip dibedakan lagi menurut dudknya anak-anak daun pada ibu tangkai, dan
juga menurut pada besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu
tangkai, yaitu:
u daun majemuk menyirip dengan anak daun yang
berpasang-pasangan, yaitu jika duduknya anak daun pada ibu tangkai
berhadap-hadapan.
u Daun menyirip berseling, jika anak daun pada ibu
tangkai duduknya berseling.
u Daun menyirip berselang-seling (interrupte
pinnatus), yaitu jika anak-anak daun pada ibu tangkai berselang-seling
pasangan anak daun yang lebar dan anak daun yang sempit, misalnya anak daun
tomat (Solanum Iycopercium L.).
Pada suatu daun majemuk
dapat pula terlihat, bahwa anak daun tidak langsung duduk pada ibu tangkainya,
melainkan pada cabang ibu tangkai. Dan demikian daun tersebut dinamakan daun
majemuk rangkap atau daun majemuk ganda. Biasnya sifat tersebut terdapat pada
daun majemuk menyirip saja, oleh sebab itu pula daun majemuk ganda, maka
biasanya daun majemuk menyirip.
Adapun pada daun majemuk
menyirip ganda dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat
berapa ibu tangkainya:
u majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika
anak daun duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai,
u majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika
anak-anak daun duduk pada tingkat dua dari ibu tangkai,
u majemuk menyirip ganda empat, dan seterusnya.
Pada umumnya jarang
ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.
Daun yang menyirip ganda
dibedakan lagi dalam:
u menyirip ganda dengan sempurna, yaitu jika tidak
ada satu anak daun pun yang duduk pada ibu tangkai,
u menyirip ganda tidak sempurna, jika masih daun yang
duduk langsung pada ibu tangkainya.
Yang menyirip ganda tidak sempurna biasanya hanyalah
daun majemuk yang menyirip gasal saja, sedang yang dengan sempurna yang
menyirip genap.
Berikut
diberikan beberapa contoh daun yang menyirip ganda:
a. daun majemuk genap ganda dua dengan sempurna,
misalnya daun kembag merak (Caesalpinia Pulcherrima Sw.) dan daun lamtoro
(Leucaena glauca Benth.).
b. daun majemuk menyirip gasal ganda dua tidak
sempurna, misalnya daun kirinyu ( Sambucus Javanica BI)
c. daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak
sempurna, misalnya daun kelor ( Moringa oleifera Lamk.).
Daun Majemuk Menjari ( Palmatus atau Digitatus)
Yang disebut daun majemuk menjari ialah daun majemuk
yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti
letaknya jari-jari pada tangan.
Mengenai
daun majemuk menjari ini tidak ada hal-hal yang begitu rumit seperti pada
majemuk yang menyirip.
Berdasarkan
jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti berikut:
a. beranak
daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun,
misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.),
b. beranak
daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun,
misalnya pada pohon para (Heveabrasiliensis Muell.).
CATATAN: Daun majemuk
yang beranak daun tiga, dapat pula kita jumpai pada daun majemuk yang menyirip,
misalnya pada kavcang panjang (Virgna sinensis Endl.). untuk membedakan apakah
majemuknya menyirip atau menjari, harus diteliti benar mengenai titik pertemuan
ketiga tangkai anak daunnya. Jika semua bertemu pada satu titik (ujung ibu
tangkai), berarti menjari, jika tidak, menyirip. (bandingkanlah saksama daun
para dengan daun kacang panjang).
c. beranak
daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak
daun, misalnya daun maman (Gynandropsis Pentophylla D.C.).
d. beranak
daun tujuh (sempetemfoliolatus) jika ada tujuh anak daun pada ujung ibu
tangkainya, misalnya daun randu (Ceiba
Pentandra Gaertn.).
jika
daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih, maka dapat dikatakan
saja beranak daun banyak (polyfoliolatus), tidak usah lagi dihitung jumlah anak
daun yang tepat, seperti misalnya pada daun randu (Ceiba Pentandra Gaertn.).
seperi
halnya dengan daun majemuk menyirip, yang menyripnya bersifat ganda, maka dapat
pula terjadi daun majemuk menjari yang bersifat ganda misalnya:
·
Majemuk menjari beranak daun tiga ganda dua
(biternatus).
Sebagai contoh:
Aegopodium dan Aquilegia Vulgaris.
Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)
Daun
ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang
paling pinggir tidak duduk ibu tangkai daun, tetapai pada cabang-cabang ibu tangkai
ini terdapat anak-anak daun yang tesusun menyirip. Jadi daun majemuk campuran
adalah campuran susunan yang menjari dan menyirip, misalnya daun sikejut
(Mimosa pudica L.).
Jika diteliti benar, ternyata daun
sikejut tidak merupakan daun majemuk campuran
sejati, tetapi adalah daun menyirip genap ganda dua yang sempurna. Hanya saja
pada daun letak kedua pasang cabang ibu tangkainya tadi sedemikian dekat satu
sama lain, hingga seakan-akan terdapat empat cabang tangkai pada ujung ibu
tangkai daunnya .
BAB 3
KESIMPULAN
Jika kita memperhatikan daun berbagai jenis tumbuhan,
akan terlihat, bahwa ada diantaranya yang:
- Pada
tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja daun ini dinamakan
daun tunggal (folium simplex)
- Tangakainya
bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian
daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih satu helaian
daun. daun dengan susunan demikian dinamakan daun majemuk (folium
compositum)
DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari ,Juwita, S. 2008. Panduan Praktis Mengenal Keunikan, 767 Jenis, Galeri
Tanaman Hias Daun. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tjitrosoepomo,gembong.1985.morfologi
tumbuhan.Yogyakarta:Gadjah mada university press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar