Jumat, 28 Februari 2014

MAKALAH SETRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1
JUDUL
DAUN TUNGGAL dan DAUN MAJEMUK

Disusun oleh    :
Arifatul Mukminin       (10620049)
Andre Setiawan                       (10620048)
Deni Hidayat               (10620047)
Hidayatul Lutfiah        (10620050)

UIN Malang.JPG

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI
JURUSAN BIOLOGI



BAB 1
Pendahuluan
Latar belakang
            Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang sangat penting. Dalam tumbuhan daun berperan sebagai tempat terjadinya fotosintesis. Daun memiliki banyak bentuk dan corak. Bisa kita lihat dari pohon-pohon disekitar kita. Ada yang bentuknya lonjong, ada yang bulat ada yang bentuk hati dan masih banyak bentk lainnya. Diantara pengklasifikasian daun ada yang dibagi berdasarkan jumlah daun pada tangkai yaitu daun tunggal dan daun majemuk.
            Daun tunggal dibagi lagi dalam beberapa tipe, dan juga demikian dengan daun majemuk. Daun tunggal itu sendiri adalah daun yang pada tangkai daunnya hanya terdapat sebuah daun. Sedangkan daun majemuk dalam satu tangkai daun terdapat banyak daun.



BAB 2
ISI
Daun tunggal (folium simplex) dan Daun majemuk (folium compositum)
            Jika kita memperhatikan daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat, bahwa ada diantaranya yang:
·         Pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun yang demikian dinamakan daun tunggal (folium simplex).
·         Tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun dengan susunan yang demikian disebut daun majemuk (folium compositum).

1.      DAUN TUNGGAL
Disebut daun tunggal karena pada satu tangkainya hanya terdapat satu helaian daun dan umumnya kuncup daun berada di ketiak tangkai daun. Ciri khas lain dari daun tunggal adalah terbentuk tidak bersamaan dan gugurnya daun diawali dari daun yang tua, kemudian diikuti oleh daun yang muda. Berikut adalah hal-hal yang berkaitan dengan daun tunggal.
a.    Susunan Daun
Susunan daun pada daun tunggal ada yang lengkap atau tidak lengkap. Disebut daun lengkap jika memiliki bagian utama seperti upih daun atau pelepah daun(vagina;sheath), tangkai daun (petiole;stalk), dan helaian daun (lamina;blade), misalnya pada daun pisang (Musa paradisiaca); daun pinang (Arreca catechu); dan daun talas (Colocasia esculenta). Sementara itu, disebut daun tidak lengkap jika tidak memiliki salah satu atau dua dari bagian-bagian utama tersebut. Daun tidak lengkap dapat memiliki penampakan sebagai berikut.
1)      Daun bertangkai, apabila daun hanya memiliki bagian tangkai dan helaian daun.
2)      Daun berupih, apabila daun hanya memiliki bagian upih dan helaian daun.
3)      Daun duduk(sessile), daun hanya memiliki helaian daun saja. Daun duduk memiliki tipe yang duduk, tetapi pangkal daun memeluk batang sehingga disebut duduk memeluk batang (amplexicaulis).
4)      Daun semu (filodia), yaitu daun yang berkembang dari tangkai daun yang melebar.
b.    Bentuk daun
            Bentuk helaian daun sangat menentukan bentuk daun, sedangkan bentuk tangkai dan upih daun tidak ikut menentukan bentuk daun. Menurut posisi bagian daun yang terlebar, bentuk helaian daun dibagi menjadi empat seri/pola pokok helaian daun sebagai berikut.
1)   Bagian terlebar berada kurang lebih di tengah-tengah helaian daun. Bentuk-bentuk daun yang termasuk dalam pola ini antara lain bentuk bulat/orbicularis,perisai/peltatus, elips/ovalis/elipticus,memanjang/oblongus, dan lanset/lanceolatus.
2)   Bagian terlebar berada dibawah tengah-tengah helaian daun. Pola ini terdiri dari dua golongan, yaitu helaian daun yang pangkal daunnya tidak bertoreh (bentuk bulat telur/ovatus, segi tiga/triangularis/delta/deltoideus, dan belah ketupat/rhomboideus) serta helaian daun yang pangkal daunnya bertoreh (bentuk jantung/cordatus, ginjal/reniformis, anak panah/sagitatus, tombak/hastatus, dan bertelinga/auriculatus).
3)   Bagian telebar berada di atas. Bentuk-bentuk daun yang termasuk dalam pola ini antara lain bentuk bulat telur terbalik/obovatus, jantung terbalik/obcordatus,segi tiga terbalik/cuneatus, dan sudip/spathulatus.
4)   Tidak ada bagian terlebar. Bentuk-bentuk daun yang termasuk dalam pola ini antara lain bentuk garis/lineris, bangun pita/lingulatus, pedang/ensiformis,paku/subulatus, dan jarum/acerosus.
c.              Ujung helaian daun (apex folii)
Ujung daun memiliki variasi bentuk yang sangat beragam, antara lain sebagai berikut.
1)      Runcing/acutus
2)      Meruncing/acuminatus
3)      Tumpul/obtusus
4)      Membulat/rotundatus
5)      Rompang/truncatus
6)      Terbelah/retusus
7)      Berekor/caudatus
8)      Berduri/mucronatu
  1. DAUN MAJEMUK

            Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, yang torehnya sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun diantara toreh-toreh itu terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil yang tersendiri.
            Pada suatu daun majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut :
a)    Ibu tangkai daun (potiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya, yang disini masing-masing dinamakan anak daun (foliolum). Ibu tangkai daun ini dapat dipandang merupakan penjelmaan tangkai daun tunggal ditambah dengan ibu tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhan ynag mempunyai daun majemuk, letaknya juga diatas pangkal ibu tangkai pada batang.
b)   Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun. Bagian ini dapat dianggap sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal, oleh sebab itu di dalam ketiaknya tak pernah terdapat suatu kuncup.
c)    Anak daun (folium). Bagian ini sesungguhnya adalah bagian-bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah. Anak daun pada suatu daun mejemuk lazimnya mempunyai tangkai yang pendek saja atau hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya pada daun selderi (Apium graveolens L.). Ada kalanya anak daun mempunyai tangkai yang cukup panjang dan jelas kelihatan, misalnya pada daun mangkokan (Nothoponax scutellarium Merr.).
Karena suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, pada daun majemuk dapat pula kita temukan bagian-bagian lain seperti pada daun tunggal, misalnya:
d)   Upih daun (vagina), yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat pada daun pinang (Areca catechu L.).
Sama halnya dengan daun tunggal, pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau di dekat pangkal ibu tangkai itu dapat pula ditemukan sepasang daun penumpu, seperti misalnya pada daun mawar (Rosa sp.), yang berupa dua daun kecil melekat pada kanan kiri pangkal ibu tangkai daun, dan kacang kepri (Pisum sativum L.) yang disini merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta menunaikan tugas daun sebagai alat untuk berasimilasi.
Dengan uraian diatas kiranya sudah cukup petunjuk untuk mengenal suatu daun majemuk, dan tidak akan keliru dengan suatu cabang yang mempunyai daun-daun tunggal. Sebagai tambahan dapat juga kiranya dikemukakan bahwa:
a.    Pada satu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama-sama dan biasanya un runtuh bersama-sama pula, sedang suatu cabang dengan daun-daun tunggal mempunyai daun yang tak sama umur maupun besarnya, dan tentu saja daun-daun tadi tidak runtuh bersama-sama.
b.    Pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal pula terdapat pertumbuhan yang terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai kuncup. Suatu cabang biasanya selalu bertambah panjang dan mempunyai sebuah kuncup di ujungnya.
c.    Pada daun majemuk tak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu atau mungkin lebih dari satu kuncup.
            Walaupun demikian selalu ada hal-hal yang jika kurang seksama pemeriksaannya dapat menyesatkan, seperti misalnya:
a.    Pada pohon cerme (Phyllanthus acidus Skeels) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Kedua pohon ini mempunyai daun majemuk, tetapi daun majemuk ini sampai agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan memanjang, sehingga anak daunnya mempunyai umur yang berbeda, oleh karena itu juga tidak luruh berbarengan. Kita sering melihat anak daun pada pangkal ibu tangkai sudah runtuh, sedang pada ujungnya masih ada anak daun yang kelihatan segar (masih hijau).
b.    Pada tumbuhan menira (Phyllanthus niruri L.) dan katu (Sauropus androgynus Merr.) terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal yang berseling, yang tumbuh mendatar dari batang pokok dan terbatas pertumbuhannya (tidak bertambah panjang lagi). Cabang-cabang berdaun ini akan kita kira daun majemuk, tetapi dugaan itu keliru karena dari ketiak-ketiaknya pada waktu-waktu tertentu akan tampak keluar bunga yang kemudian jadi buah pula. Jika itu daun majemuk, padanya tak mungkin akan kta temukan bunga atau buah.
            Jelaslah sudah, bahwa untuk menghindari terjadinya kekeliruan, dalam soal apapun selalu diperlukan penelitian atau pemeriksaan yang saksama.
            Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1.    Daun majemuk menyirip (pinnatus), jika anak daun tersusun seperti sirip pada kanan kiri ibu tangkainya.
2.    Daun majemuk menjari (palmatus),
3.    Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
4.    Daun majemuk campuran (digitato pinnatus)
Daun majemuk menyirip (Pinnatus)
            Yang dinamakan daun majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak daunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun, jadi tersusun seperti sirip pada ikan.
Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa bentuk:
1.      daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Tanpa pengamatan yang teliti daun menyirip beranak satu akan nampak seperti daun tunggal, tetapi pada tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulatio), jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Pada daun menyirip beranak daun satu sebenarnya juga terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja telah terinduksi, sehingga tinggal satu anak daun saja. Daun menyirip beranak daun satu biasanya terdapat pada berbagai pohon jeruk, a.l jeruk besar (Citrus maxima Merr.), jeruk nipis (Citrus auranotifolia Sw.), dll.
2.       Daun majemuk menyirip genap (abrupt pinnatus). Biasanya pada daun ini terdapat sejumlah anak daun yang baerpasang-pasangan di kana kiri ibu tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya menjadi genap. Akan tetapi, mengingat bahwa pada suatu daun majemuk menyirip anak-anak daun tidak selalu berpasang-pasangan. Untuk menentukan daun menyirip genap atau tidak. Tidak lagi menghitung jumlah anak daun, tetapi melihat kepada ujung ibu tangkainya . Jika ujung ibu tangkai terputus, artinya pada ujung ibu tangkai terdapat suatu anak daun, sehingga ujung ibu tangkai bebas,atau kadang-kadang tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah runtuh.hal ini menunjukkan bahwa daun tersebut menyirip genap.dengan keterangan ini jelaslah bahwa satu daun menyirip genap mungkin memiliki jumlah anak daun gasal. Contoh dari daun menyirip genap yaitu pohon asam (Tamarindus indica L.). adapun daun majemuk menyirip genap,tetapi jumlah anak daunnya gasal dapat kita jumpai pada pohon leci ( Litchi chinensis Sonn.)
3.      Daun majemuk menyirip gasal (imparipinatus), di sini menjadi pedoman ialah ada tidaknya satu anak daun yang menutup ujung ibu tangkainya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan kita dapati jumlah anak daun yang benar-benar gasal jika anak daun berpasangan, sedang di ujung ibu tangkai tetdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak daun ini lebih besar dari pada daun lainya), seperti halnya pada daun mawar (Rosa sp.). Sebagai kebalikan daun majemuk menyirip genap yang dapat mempunyai anak daun gasal, daun majemuk menyirip gasal dapat juga mempunyai anak daun yang genap, seperti pada pohon pacar cina (Aglaia odorata Loar.)          
Adapun daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut dudknya anak-anak daun pada ibu tangkai, dan juga menurut pada besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu tangkai, yaitu:
u daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan, yaitu jika duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-hadapan.
u Daun menyirip berseling, jika anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling.
u Daun menyirip berselang-seling (interrupte pinnatus), yaitu jika anak-anak daun pada ibu tangkai berselang-seling pasangan anak daun yang lebar dan anak daun yang sempit, misalnya anak daun tomat (Solanum Iycopercium L.).
Pada suatu daun majemuk dapat pula terlihat, bahwa anak daun tidak langsung duduk pada ibu tangkainya, melainkan pada cabang ibu tangkai. Dan demikian daun tersebut dinamakan daun majemuk rangkap atau daun majemuk ganda. Biasnya sifat tersebut terdapat pada daun majemuk menyirip saja, oleh sebab itu pula daun majemuk ganda, maka biasanya daun majemuk menyirip.
Adapun pada daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat berapa ibu tangkainya:
u majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai,
u majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak-anak daun duduk pada tingkat dua dari ibu tangkai,
u majemuk menyirip ganda empat, dan seterusnya.
Pada umumnya jarang ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.
Daun yang menyirip ganda dibedakan lagi dalam:
u menyirip ganda dengan sempurna, yaitu jika tidak ada satu anak daun pun yang duduk pada ibu tangkai,
u menyirip ganda tidak sempurna, jika masih daun yang duduk langsung pada ibu tangkainya.
Yang menyirip ganda tidak sempurna biasanya hanyalah daun majemuk yang menyirip gasal saja, sedang yang dengan sempurna yang menyirip genap.
            Berikut diberikan beberapa contoh daun yang menyirip ganda:
a. daun majemuk genap ganda dua dengan sempurna, misalnya daun kembag merak (Caesalpinia Pulcherrima Sw.) dan daun lamtoro (Leucaena glauca Benth.).
b. daun majemuk menyirip gasal ganda dua tidak sempurna, misalnya daun kirinyu ( Sambucus Javanica BI)
c. daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna, misalnya daun kelor ( Moringa oleifera Lamk.).

Daun Majemuk Menjari ( Palmatus atau Digitatus)
             
            Yang disebut daun majemuk menjari ialah daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan.
            Mengenai daun majemuk menjari ini tidak ada hal-hal yang begitu rumit seperti pada majemuk yang menyirip.
            Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti berikut:
a.   beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun, misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.),
b.   beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun, misalnya pada pohon para (Heveabrasiliensis Muell.).

CATATAN: Daun majemuk yang beranak daun tiga, dapat pula kita jumpai pada daun majemuk yang menyirip, misalnya pada kavcang panjang (Virgna sinensis Endl.). untuk membedakan apakah majemuknya menyirip atau menjari, harus diteliti benar mengenai titik pertemuan ketiga tangkai anak daunnya. Jika semua bertemu pada satu titik (ujung ibu tangkai), berarti menjari, jika tidak, menyirip. (bandingkanlah saksama daun para dengan daun kacang panjang).
c.  beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak daun, misalnya daun maman (Gynandropsis Pentophylla D.C.).
d.  beranak daun tujuh (sempetemfoliolatus) jika ada tujuh anak daun pada ujung ibu tangkainya, misalnya daun randu (Ceiba  Pentandra Gaertn.).
            jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih, maka dapat dikatakan saja beranak daun banyak (polyfoliolatus), tidak usah lagi dihitung jumlah anak daun yang tepat, seperti misalnya pada daun randu (Ceiba Pentandra Gaertn.).
            seperi halnya dengan daun majemuk menyirip, yang menyripnya bersifat ganda, maka dapat pula terjadi daun majemuk menjari yang bersifat ganda misalnya:
·         Majemuk menjari beranak daun tiga ganda dua (biternatus).
Sebagai contoh: Aegopodium dan Aquilegia Vulgaris.

Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)
            Daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang paling pinggir tidak duduk ibu tangkai daun, tetapai pada cabang-cabang ibu tangkai ini terdapat anak-anak daun yang tesusun menyirip. Jadi daun majemuk campuran adalah campuran susunan yang menjari dan menyirip, misalnya daun sikejut (Mimosa pudica L.).
             Jika diteliti benar, ternyata daun sikejut  tidak merupakan daun majemuk campuran sejati, tetapi adalah daun menyirip genap ganda dua yang sempurna. Hanya saja pada daun letak kedua pasang cabang ibu tangkainya tadi sedemikian dekat satu sama lain, hingga seakan-akan terdapat empat cabang tangkai pada ujung ibu tangkai daunnya .



BAB 3
KESIMPULAN
Jika kita memperhatikan daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat, bahwa ada diantaranya yang:
  • Pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja daun ini dinamakan daun tunggal (folium simplex)
  • Tangakainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih satu helaian daun. daun dengan susunan demikian dinamakan daun majemuk (folium compositum)



DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari ,Juwita, S. 2008. Panduan Praktis Mengenal Keunikan, 767 Jenis, Galeri Tanaman       Hias Daun. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tjitrosoepomo,gembong.1985.morfologi tumbuhan.Yogyakarta:Gadjah mada university    press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar