Jumat, 28 Februari 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sel kelamin (gamet) merupakan hasil proses gametogenesis. Gamet jantan disebut spermatozoid dan gamet betina disebut sel telur. Spermatozoa diproduksi di dalam tubulus seminiferus testis. Spermatozoid vertebrata terdiri atas bagian kepala, leher, bagian tengah dan ekor yang berupa flagel panjang. Sperma hewan-hewan yang berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan mobilitasnya. Bentuk spermatozoid adalah spesifik spesies, perbedaannya terutama terletak pada bentuk kepalanya yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip (Kholil, 2009).
Pada hewan-hewan yang tidak memiliki epididimis, testis menjadi tempat perkembangan serta maturasi sperma. Jadi pada hewan-hewan tersebut sperma yang dikeluarkan dari testis merupakan sperma yang matang, mempunyai motilitas dan mempunyai kemampuan untuk membuahi sel telur. Pada hewan-hewan yang memiliki epididimis, sperma yang berada di dalam tubulus seminiferus atau yang dikeluarkan dari testis belum motil, motilitasnya baru diperoleh setelah mengalami aktivasi atau pematangan fisiologia di dalam epididimis. Spermatozoa dapat disimpan dalam epididimis dan vas deferens selama beberapa hari sampai beberapa bulan (Yatim, 1990).
Praktikum kali ini dilakukan agar dapat mengetahui struktur morfologi spermatozoid pada kambing maupun pada manusia. Selain itu juga untuk mengamati perbedaan sel kelamin yang di ambil dari bagian-bagian sistem reproduksi yang berbeda.
1.1.            Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1.      Bagaimana struktur morfologi spermatozoid dan sel telur beberapa hewan vertebrata?
2.      Apa perbedaan sel kelamin yang diambil dari bagian-bagian sistem reproduksi yang berbeda?
1.2.            Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
2.      Mengamati perbedaan sel kelamin yang diambil dari bagian-bagian sistem reproduksi yang berbeda.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Spermatozoa
Gamet jantan spermatozoon (jamak : spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan, disebut testis. Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia bersifat diploid, ini dapat membelah dan secara mitosis dapat membentuk spermatogonia atau berubah menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid yaitu spermatid. Spermatid dalam proses tersebut kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang menjadi sel sperma (Yatim, 1990).
Bila sperma masuk ke dalam vagina, sperma meneruskan perjalanan ke dalam dan melalui uterus, ke atas ke dalam oviduk. Disinilah fertilisasi dapat terjadi bila telur ada yang matang (Eddy, 1998).
Meskipun sperma dapat berenang beberapa milimeter dalam setiap detik, perjalanannya ke tuba falopii mungkin dibantu oleh pengerutan otot dinding uterus dan tuba tersebut. Sperma dapat mencapai telur dalam 15 menit dari saat ejakulasi. Perjalanan ini penuh dengan mortalitas yang tinggi. Ejakulasi rata-rata berisi beberapa ratus juta sperma tetapi hanya beberapa saja yang dapat menyelesaikan perjalanannya dan dari ini hanya ada satu yang dapat memasuki telur dan membuahinya (Basoeki, 1988).
Produksi sperma dapat terjadi di dalam testis dan setiap testis penuh dengan ribuan saluran tubulus seminifer, dinding tubulus ini terdiri dari spermatogonia diploid. Proses perubahan sebuah spermatogonium ke dalam sperma meliputi dua pembelahan sel yang beruntun, secara meiosis setiap spermatogonium menghasilkan empat sel sperma (Noviar, 1994).

2.2 Bagian-Bagian Spermatozoa
Menurut Eddy (1998) secara morfologis spermatozoa pda berbagai jenis hewan pada umumnya sama, namun hanya terdapat perbedaan kecil antara lain variasi bentuk kepala.
Bagian tengah digambarkan sebagai pusat tenaga sperma karena mitokondria terpusat di daerah ini. Mitokondria mengandung system enzim yang menggerakkan siklus asam trikarboksilat dan transport electron serta fosforilasi oksidatif yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP untuk gerakan spermatozoa (Lindsay, 1982).
Spermatozoa tersusun dari kepala, badan dan ekor. Dalam kepala ada bahan inti dan suatu granula yang gelap disebut dengan akrosom dan berisi enzim yang memudahkan penembusan sperma ke dalam ovum. Sejumlah mitokondria dalam badan melakukan metabolisme yang memberi energi untuk lokomosi dan ekor menggerakkan sperma spanjang perjalanan (Basoeki, 1988).
Struktur sel sperma sesuai dengan fungsinya, pada sebagian besar spesies, kepala mengandung nukleus haploid yang ditudungi oleh badan khusus yaitu akrosom, di belakang kepala sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria yang menyediakan energi atau ATP untuk pergerakan ekor yang berupa sebuah flagel (Salisbury, 1985).

2.3 Proses Spermatogenesis
Pembentukan spermatozoa dari spermatogonia disebut spermatogenesis. Berlangsung pada epitel germinal. Pembikinan spermatozoa ini dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu : 1) spermatositogenesis, 2) meiosis dan 3) spermiogenesis (Yatim, 1996).
Spermasitogenesis disebut juga tahap proliferasi. Dalam tahap ini spermatogonia A membelah membentuk spermatogonia In, dan ini membelah pula membentuk spermatogonia B. Spermatogonia B bermitosis menjadi spermatosit I (Yatim, 1996).
Meiosis terdiri dari dua fase utama yaitu : meiosis I dan meiosis II. Meiosis I menempuh fase-fase : a) profase, b) metafase, c) anafase dan d) telofase. Profase meiosis I dibagi lagi atas lima subfase yaitu : 1) leptoten, 2) zigoten, 3) pakhiten, 4) diploten dan 5) diakinesis. Meiosis II menempuh fase yang sama seperti meiosis I tetapi profase tidak lagi terbagi atas subfase. Selesai meiosis I terbentuk spermatosit II dan selesai meiosis II terbentuk spermatid (Yatim, 1996).
Menurut Rustidja (2005) proses perkembangan sperma tidak sekompleks perkembangan telur. Spermatogonia primitive memperbanyak diri secara mitosis pada dinding tubuli dari testis. Menurut Toelihere (1981), spermatozoa dibentuk di dalam testis melalui proses yang disebut spermatogenesis tetapi mengalami pematangan lebih lanjut di dalam epididimis di mana sperma disimpan sampai ejakulasi.
Spermiogenesis disebut juga tahap transformasi yaitu tahap perubahan bentuk dan komposisi spermatid yang bundar menjadi bentuk cebong yang memiliki kepala, leher dan ekor serta berkemampuan untuk bergerak (motil) (Yatim, 1996).
Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus dalam testis. Proses tersebut berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen tubulus seminiferus. Tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah sebagai berikut (Kholil, 2009) :
1.   Spermatogonium : ukurannya relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak berderet didekat atau melekat membrana basalis.
2.   Spermatosit I : ukuran paling besar, bentuk bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh dengan membrana basalis.
3.   Spermatosit II : ukuran agak kecil (1/2 x spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauhi membran basalis (mendekati lumen).
4.   Spermatid : ukuran kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di dekat lumen.
5.   Spermatozoid : spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat di dalam lumen.

2.4 Spermatozoa Normal Dan Abnormal
Spermatozoa normal memiliki kepala, leher, dan ekor. Bagian depan kepala tampak sekitar 2/3 bagian tertutupi oleh akrosom. Tutup sambungan dasar akrosom dan kepala disebut cincin nucleus. Antara badan dan kepala terdapat sambungan pendek yaitu leher yang berisi sentriol proksimal, kadang dinyatakan sebagai pusat kinetic aktivitas spermatozoa. Bagian badan dimulai dari leher dan berlanjut ke cincin sentriol. Bagian badan dan ekor mampu bergerak bebas meskipun tanpa kepala, ekor membantu mendorong spermatozoa untuk bergerak maju (Salisbury, 1985).
Spermatozoa yang normal tersusun dari kepala, bagian tengah dan ekor. Bagian kepala ditutup oleh tudung protoplasmic. Bentuk kepala bervariasi tergantung spesies, pada sapi, kambing dan kelinci berbentuk bulat telur pipih (Sudarwati, 1993).
Menurut Jasin (1994) dalam spermatozoa ada berbagai macam zat yang terkandung di dalamnya dan masing-masing memiliki fungsi khusus antara lain :
a.   Fruktosa, dihasilkan oleh vesikula seminalis
b.   Asam sitrat
c.   Spermin
d.   Enzim fosfatase asam, glukorunidase, lisozim dan amylase
e.   Prostaglandin
f.    Elektrolit
Abnormalitas sperma dibagi dalam 2 kelompok yaitu abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi di tubuli seminiferi dalam proses spermatogenesis. Abnormalitas sekunder terjadi sesudah spermatozoa, meninggikan tubuli seminiferus (Toelihere, 1979).
Bentuk-bentuk abnormalitas primer terjadi karena kelainan pada tubuli seminiferi dengan gangguan testikuler. Abnormalitas primer di tandai oleh kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar, memanjang, berganda, dan berbentuk seperti buah per, badan atau ekor berganda, pembesaran bagian tengah, ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial (Toelihere, 1993).
Abnormalitas sekunder terjadi karena sel atau bakal sel kelamin jantan meninggalkan epitel kecambah pada tubuli seminiferi, selama perjalanan melalui saluran epididimis dan vas deferens, selama ejakulasi dan perjalanannya melalui urethra atau manipulasi terhadap ejakulat termasuk agitasi (Iksan, 1992).
2.5 Sifat-Sifat Makroskopis Dan Mikroskopis Pada Spermatozoa
Pemberian aliran udara dan larutan isotonis NaCl fisiologik atau plasma air mani tidak menaikkan derajat motilitas. Perlakuan dengan unsur-unsur ion yang dapat mempertinggi kemampuan pengikatan air oleh spermatozoa. Dengan teknik pewarnaan spermatozoa ditemukan bahwa bagian terbesar spermatozoa diseluruh pembuluh epididimis dalam keadaan hidup, tetapi hanya yang terdapat di bagian ekor menunjukkan gerakan yang kuat (Hafez, 1993).
Motilitas atau gerakan spermatozoa dapat dilihat berdasarkan gerakan massa atau gerakan individunya serta lamanya gerak (Iksan, 1992) :
1.   Pergerakan massa spermatozoa
2.   Pergerakan individu spermatozoa
3.   Konsentrasi spermatozoa
4.   Viabilitas spermatozoa
Gerakan massa hanya dapat dilakukan pada semen segar dengan perbesaran mikroskop yang kecil (10 x 10). Penilaian gerak massa adalah sebagai berikut (Iksan, 1992) :
1.   + + + adalah sangat baik, gerakan bergelombang cepat dan padat, membentuk pusaran 2 gelombang.
2.   + + adalah baik, bila terlihat gelombang 2 melainkan hanya gerakan individual.
3.   + adalah lumayan, jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan individual aktif progesif.
4.   N adalah buruk, bila ada sedikit atau tidak ada gerakan individual
Pergerakan gerak individu ini sangat dipengaruhi oleh peneliti terutama keterampilan dan pengalaman dari pemeriksaan secara mikroskopis. Oleh karena itu penelitian dari seseorang dengan orang lain berbeda (Susilowati, 1989).
Bukti-bukti nyata menunjukkan bahwa spermatozoa tidak hanya menyempurnakan spermiogenesis dengan membebaskan diri dari sisa-sisa Golgi, membangun kemampuan untuk bergerak dengan kekuatan sendiri dalam perjalanannya melewati epididimis tetapi juga membangun kemampuan kesuburannya yang tertinggi untuk membuahi ovum. Bukti-bukti lain mengatakan bahwa spermatozoa di dalam testis dari beberapa jenis hewan, ayam jantan dan manusia memiliki daya kesuburan, meskipun belum diketahui derajat kesuburannya (Susilowati, 1992).
Hubungan antara waktu spermatozoa selama di dalam epididimis terdapat motilitas dan fertilitas relatif di beberapa bagian dalam saluran epididimis. Ternyata bahwa sel spermatozoa yang lebih tua yang berasal dari bagian ekor epididimis hewan jantan normal lebih fertil menunjukkan bahwa daya kemampuan membuahi ovum tertinggi terdapat pada spermatozoa yang telah melewati epididimis. Umur spermatozoa merupakan faktor yang mempengaruhi kesuburan setelah spermatozoa melewati pembuluh keluar ke bagian ekor epididimis dan spermatozoa ini akan kehilangan kemampuan membuahi ovum sesudah beberapa waktu berada di epididimis. Meski demikian hasil ini tidak membuktikan bahwa umur sperma sendiri tidak tergantung kepada faktor epididimis, merupakan satu-satunya faktor yang diperlukan oleh spermatozoa normal untuk mempertahankan kapasitas pembuahan (Partodihardjo, 1992).
Komponen yang terpenting dalam air mani tentu saja spermatozoa. Air mani tanpa spermatozoa adalah plasma air mani yang tidak memiliki sifat-sifat sangat penting dalam proses reproduksi hewan jantan dengan fungsi utama membuahi ovum. Air mani segar yang di ejakulasikan oleh kambing jantan dikatakan normal bila air mani tersebut mengandung spermatozoa yang memperlihatkan daya gerak dan aktif, memiliki gerakan massa yang bergelombang. Banyaknya sel mani yang terdapat di dalam sejumlah air mani tertentu akan mempengaruhi sifat penampakannya. Air mani yang encer dan jernih  mengandung spermatozoa yang sedikit jumlahnya, sedangkan air mani yang keruh dan kental, dalam keadaan yang wajar, memiliki konsentrasi spermatozoa yang tinggi (Junquiera, 1980).
Kekentalan air mani akan menaik selaras dengan konsentrasi spermatozoa. Kekentalan air mani  berkorelasi tinggi dengan konsentrasi spermatozoa, tetapi tidak dengan plasma seminalis sesudah sel mani dipisahkan atau air mani dalam penyimpanan. Kekentalan dan sifat-sifat air mani tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Supaya analisa dapat dipertanggungjawabkan, setiap kali pipet yang digunakan untuk mengambil air mani harus dicuci dahulu dengan bahan pengencer atau bahan reagent analitik sebelum pipet itu dipakai lagi untuk mengambil air mani yang lain dengan konsentrasi yang berbeda untuk diteliti (Sadler, 1988).
Tekanan osmosis adalah tekanan yang perlu dimiliki oleh larutan supaya terjadi keseimbangan dengan air murni bila larutan tadi dan air dipisahkan oleh suatu membran yang dapat ditembus oleh air, tetapi tidak dapat ditembus oleh larutan (suatu membran yang semipermeabel). Tekanan osmosis dinyatakan dengan atmosfir, tekanan osmosis di dalam air mani yang bekerja terhadap spermatozoa dan terhadap sel-sel dinding saluran reproduksi itu yaitu tempat spermatozoa di dapatkan (Mukayat, 1984).
Tekanan osmosis yang di akibatkan oleh cairan tergantung pada konsentrasi bagian-bagian yang terkandung di dalamnya, termasuk ion-ion molekul kecil dan elektrolit, dan molekul koloid. Selama pengukuran tekanan osmosis yang teliti sulit untuk dilaksanakan, orang menggunakan cara yang lebih mudah dan banyak di ulang menentukan terhadap depresi larutan atau campuran yaitu suatu larutan yang tergantung pada konsentrasi materi yang di kandungnya (Salisbury, 1985).
Kepekatan semen dapat di nilai atau ditaksir dengan perhitungan jumlah spermatozoa dengan haemocytometer dan spectrophotometer (Mattheij, 1989).
Viabilitas spermatozoa merupakan spermatozoa yang hidup dan yang mati, selama spermatozoa hidup lapisan pembungkusnya tidak dapat ditembus oleh sejumlah zat warna tetapi spermatozoa mati zat warna tersebut akan masuk sampai ke bagian tengah kepala spermatozoa (Lindsay, 1989).

2.2  Kajian Keislaman
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di spintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Ayat pada Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sperma terdapat pada surat As-sajadah ayat 8 yang berbunyi:
 ¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ  
Artinya:
 kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Makna dari surat as-sajadah ayat 8:
               Dalam Al-Qur’an surat As-Sajadah : 8, dinyatakan bahwa manusia dibuat dari saripati air yang hina, yaitu mani. Sebagaimana ayat tersebut bukan cairan yang membawa spermatozoaitu yang membuahi telur, melainkan “saripatinya” saja. Saripati itu adalah sperma yang didalamnya menjadi agen pembuahan, atau  lebih tepat lagi, kromosom didalam sperma itu merupakan saripati sperma. Ketika sel telur membiarkan satu sperma masuk, sperma lain tidak mungkin masuk. Penyebabnya adalah medan listrik yang terbentuk disekeliling sel telur yang bermuatan negative (-). Ketika sperma menembus sel telur, muatan ini berubah menjadi muatan positif (+). Oleh karena itu, sel telur tersebut yang kini bermuatan sama dengan spermatozoa lain di luar, mulai menolak mereka.
               Air mani merupakan suatu bahan yang di kelurkan dari bahan lain dan merupakan bagian yang terbaik dari bahan itu sendiri. Satu dari beberapa sel yang di keluarkan oleh manusia dalam keadaan normal yang dapat masuk kedalam ovum dan kemudian menjadi segumpal darah , lalu segumpal darah itu di jadikan segumpal daging , dan segumpal daging itu di jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu di bungkus dengan daging , kemudian terjadilah mahluk yang berbentuk lain.













BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Kamis Tanggal 04 Mei 2010 jam 15.00-17.00 WIB Di Laboratorium Pendidikan Biologi B Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.    
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat            
Alat-alat yang digunakan adalah:
1.      Mikroskop                                                   1 buah
2.      Obyek glass                                                4 Buah
3.      DeckGlass                                                  4 Buah
4.      Alat Pemanas                                               1 Buah
5.       
                                      
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah:
1.      Sperma orang yang tidak merokok             secukupnya
2.      Sperma perokok Berat                                secukupnya
3.      Sperma Perokok Sedang                             secukupnya
4.      Sperma pada ikan                                       secukupnya   
5.      Nacl                                                            secukupnya
6.      Larutan eosin negrosin                               secukupnya

3.3 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum tentang sistem reproduksi adalah :
1.    Dihangatkan semua sampel dari sperma terlebih dahulu sampai hangat
2.    Diambil semua sampel sperma tersebut kemudian diamati pengamatan makroskopis satu persatu, meliputi volume, warna dan kekentalan.
3.    Diamati pengamatan mikroskopis yang meliputi motilitas yaitu massa dan individu, viabilitas,  dan abnormalitas.
4.    Digambar dan diberikan deskripsi dari gambar tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
Gambar literatur
Keterangan
Sperma normal

images
images 1
images 2
normal
sper
sperm
sperma
  sperma normal
(Iqbal, 2007)
1.      Sperma terdiri dari kepala, badan dan ekor.
2.      Kepala mengandung nukleus haploid yang ditudungi oleh badan khusus yaitu akrosom
3.      Di belakang kepala sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria yang menyediakan energi atau ATP
4.      Untuk pergerakan ekor yang berupa sebuah flagel
5.      Dalam kepala ada bahan inti dan suatu granula yang gelap disebut dengan akrosom dan berisi enzim yang memudahkan penembusan sperma ke dalam ovum.
6.      Sejumlah mitokondria dalam badan melakukan metabolisme yang memberi energi untuk lokomosi
7.      Ekor menggerakkan sperma spanjang perjalanan

Sperma abnormal


sperma abnormal
(Iqbal, 2007)

1.      Kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar, memanjang, berganda, dan berbentuk seperti buah per.
2.      Badan atau ekor berganda, pembesaran bagian tengah, ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial.




\
4.1.1 Tabel Pengamatan sperma Mikroskopis

Perlakuan

PARAMETER



VOLUME
WARNA
VISKOSITAS
pH
Perokok Berat
1    ml
PS
Kental
7 (Normal)
PerokokSedang
1.5 ml
PK
Agak Kental
8 (Basa)
Tidak Merokok
2.5 ml
PK
Agak kental
9 (Basa)
Kambing
1.8 ml
PS
Kental
5 (asam)

4.1.2 Tabel Pengamatan sperma Makroskopis

Perlakuan

Gelombang masa
Motilitas

Viabilitas


Masa
Individu

Perokok Berat



_
>50 %
Maju, bergerak, berekor

Kambing
_
_
_
Mati
Tidak Merokok
++
0 %
_
Mati
Perokok Ringan
+
<50 %
Bergetar
<50%


Perlakuan

MORFOLOGI


Normal
Abnormal
Keterangan
Kambing


a)    Normal
1.    Kepala
2.    Leher
3.    Ekor
b) Abnormal
1.     Kepala Putus
2.     Ekor putus
3.     Ekor pendek
Perokok Berat


a.   Normal
1.   Kepala
2.   Leher
3.   Ekor
b.   Abnormal
1.    Kepala besar
2.   Kepala bengkok
3.   Kepala kecil
Perokok Ringan


a.   Normal\
1.    Ekor
2.    Kepala
3.    Leher
b.   Abnormal
1.  ekor bengkok
2.  Tanpa ekor


Tidak merokok




Keterangan :
pH : derajat keasaman             Viabilitas : kemampuan hidup atau mati (%) 
M : motilitas (pergerakan)
PB : putih bening                           + + + : sangat bagus
PK : putih kuning                           + + : bagus
PM : putih merah                           + : kurang bagus
PH : putih hijau                              - : jelek
PS : putih susu                                                           
Viskositas : kekentalan


4.3 Pembahasan
4.3.1 Sperma pada Kambing
Sperma pada kambing jantan memiliki volume 1.8 ml dan derajat keasamannya pada suasana asam yaitu pHnya 5, warna sperma kambing jantan adalah putih susu yang berwujud sangat kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma kambing jantan sangat jelek dan viabilitasnya 100 % spermanya mati, karena semua telah terwarnai. Pada sperma kambing jantan, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bentuk ekornya panjang dan bagian kepalanya memanjang. Sperma kambing jantan setelah diwarnai dengan eosin ternyata banyak yang terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa sperma banyak yang mati. Pada kambing mengalami abnormalitas pada sperma yaitu tidak mempunyai ekor, ada yang ekornya pendek dan kematian mencapai 100 %.
Kebanyakan air mani kambing jantan berwarna dengan variasi putih seperti susu sampai warna krem. Namun banyak di antara kambing jantan menghasilkan air mani normal yang berwarna kuning. Warna kuning merupakan sebagai warna yang normal bagi air mani kambing jantan dan tidak berpengaruh jelek terhadap spermatozoa dan tidak mempengaruhi fertilitas kambing jantan. Lopochrom berasal dari sel epitel kelenjar ampulla dan tidak dipengaruhi oleh sifat makanannya (Salisbury, 1985).
Volume air mani kambing jantan yang di ejakulasikan tidaklah sama di antara kambing jantan yang satu dengan yang lain, atau pada tiap jantan-jantan itu sendiri. Pada umumnya volume air mani akan bertambah banyak sesuai dengan umur, besar tubuh, perubahan keadaan kesehatan reproduksinya, daya kekuatan dan frekuensi penggunaannya. Kambing jantan yang masih muda akan menghasilkan air mani sedikit. Pada umumnya konsentrasi sejalan dengan perkembangan seksual dan kedewasaan kambing jantan, sesuai dengan kualitas makanan yang diberikan dan pengaruh kesehatan reproduksi dan besar testis (Nalbandov, 1990).
Umur spermatozoa kambing jantan di dalam epididimis sama dengan umur spermatozoa marmut. Pengaruh lingkungan epididimis merupakan lingkungan terbaik untuk ketahanan spermatozoa pada suhu tubuh. Pengaruh suhu terhadap testis di dalam skrotum menunjukkan bahwa spermatozoa dalam testis kurang tahan hidup dibandingkan dengan spermatozoa yang hidup di dalam epididimis dan spermatozoa dari bagian epididimis yang lebih rendah lebih tahan hidup daripada spermatozoa dalam kepala epididimis (Iksan, 1992).
pH air mani kambing jantan segar tergantung pada proporsi beberapa cairan yang tergabung di dalam air mani itu. Kebanyakan air mani normal yang dikumpulkan condong ke arah asam dari pH normal dengan variasi sekitar  pH 6,5-6,9 dengan rata-rata sekitar 6,75. Air mani berkualitas baik, biasanya lebih ke arah asam (pH rendah) daripada air mani dengan konsentrasi spermatozoa yang rendah. Air mani berkualitas jelek, mengandung cairan yang banyak jumlahnya, berasal dari uretharalis dan kelenjar perlengkapan. Selama spermatozoa menguraikan fruktosa, di dalam air mani menjadi asam susu, didalam kondisi anaerob (tanpa udara) yang biasanya ditimbulkan karena spermatozoa itu disimpan di dalam tabung kapiler, pH air mani agaknya menurun sesuai dengan bertambahnya waktu dari pengumpulan air mani sampai pengukuran pH. Dari segi lain, kontaminasi air mani dengan kuman dan air mani yang banyak berisi spermatozoa mati, akan terbentuk amoniak dan pHnya akan menaik (Toelihere, 1993).

4.3.2 Sperma Manusia
Sperma pada manusia yang tidak merokok memiliki volume 2,5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 9, warna sperma pada orang ini adalah agak putih susu yang berwujud kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini bagus dan viabilitasnya belum sempat di amati karena terbatasnya waktu pada saat praktikum. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa jumlah spermanya sedikit dan banyak yang mati tetapi tidak berggerombol.
.
Sperma pada perokok 2 yaitu perokok sedang  memiliki volume 1.5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 8, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang berwujud agak kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang bagus dan viabilitasnya <50 % spermanya mati karena banyak jumlah sperma yang terwarnai. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa spermanya bergerak cepat tetapi ada juga yang bergerak berputar-putar dan bergerak zig zag tidak teratur. Tetapi pada dasarnya sperma ini sebagian besar pergerakannya normal. Sperma ini ada yang berggerombol. Sperma yang hidup tidak terwarnai akan tetapi tidak bergerak karena diwarnai. Pada sperma ini juga ada sperma yang abnormal antara lain kepala lebih dari satu, kepala besar, ekor panjang, dan ada yang kepalanya kecil.
Kondisi abnormal di tandai dengan jika tidak ada koagulum pada sperma yang baru saja di ejakulasikan, selain itu juga dikarenakan waktu likuefaksi lama dan tidak sempurna (Partodihardjo, 1992).
Warna pemeriksaannya dilakukan dengan mata telanjang dengan latar belakang putih. Normal apabila warna bervariasi dari translusen (putih kanji) sampai putih keabuan atau putih kekuningan. Warna yang lain menunjukkan kelainan seperti kemerahan atau merah darah (hemospermia) dan putih susu (leukospermia). Bau sperma normal khas menyerupai bunga akasia. Bau tidak khas misalnya amis, pesing, dan bau obat. Bau khas sperma disebabkan adanya spermin yang dihasilkan oleh kelenjar prostate (Susilowati, 1992).
pH normal pada sperma antara 6,8-7,8 sedangkan pH abnormal lebih dari 7,8 dan kurang dari 6.8. Volume normal (normospermia) antara 2-6 ml. Volume <1 ml disebut hipospermia dan volume >6 ml disebut hiperspermia. Viabilitas digunakan untuk penentuan motilitas sperma. Sperma yang tidak bergerak belum tentu mati, mungkin saja dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak cocok, sehingga sperma tidak bergerak, kalau suatu saat baik kemungkinan sperma akan bergerak lagi (Iksan, 1992).
Kesuburan pria berkaitan dengan beberapa factor misalnya ukuran, bentuk dan jumlah sperma yang diejakulasikan. Sperma fertile mempunyai bentuk dan ukuran seragam, motilitasnya tinggi. Walaupun hanya satu sperma yang membuahi sebuah ovum, namun diperlukan jutaan sperma agar terjadi pembuahan. Sebuah spermatozoa mempunyai adaptasi tinggi untuk mencapai dan menembus ovum wanita. Ia tersusun dari sebuah kepala, badan dan sebuah ekor. Dalam kepala ada bahan inti dan suatu granula gelap yang disebut dengan akrosom dan berisi enzim yang memudahkan penembusan sperma ke dalam ovum. Sejumlah mitokondria dalam badan melakukan metabolisme yang memberi energi untuk lokomosi dan ekor menggerakkan sperma sepanjang perjalanan (Basoeki, 1988).
Kekentalan air mani akan menaik selaras dengan konsentrasi spermatozoa. Kekentalan air mani  berkorelasi tinggi dengan konsentrasi spermatozoa, tetapi tidak dengan plasma seminalis sesudah sel mani dipisahkan atau air mani dalam penyimpanan. Kekentalan dan sifat-sifat air mani tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Supaya analisa dapat dipertanggungjawabkan, setiap kali pipet yang digunakan untuk mengambil air mani harus dicuci dahulu dengan bahan pengencer atau bahan reagent analitik sebelum pipet itu dipakai lagi untuk mengambil air mani yang lain dengan konsentrasi yang berbeda untuk diteliti (Sadler, 1988).
Kepekatan semen dapat di nilai atau ditaksir dengan perhitungan jumlah spermatozoa dengan haemocytometer dan spectrophotometer (Mattheij, 1989).
Viabilitas spermatozoa merupakan spermatozoa yang hidup dan yang mati, selama spermatozoa hidup lapisan pembungkusnya tidak dapat ditembus oleh sejumlah zat warna tetapi spermatozoa mati zat warna tersebut akan masuk sampai ke bagian tengah kepala spermatozoa (Lindsay, 1989).
Abnormalitas sperma dibagi dalam 2 kelompok yaitu abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi di tubuli seminiferi dalam proses spermatogenesis. Abnormalitas sekunder terjadi sesudah spermatozoa, meninggikan tubuli seminiferus (Toelihere, 1979).
Bentuk-bentuk abnormalitas primer terjadi karena kelainan pada tubuli seminiferi dengan gangguan testikuler. Abnormalitas primer di tandai oleh kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar, memanjang, berganda, dan berbentuk seperti buah per, badan atau ekor berganda, pembesaran bagian tengah, ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial (Toelihere, 1993).
Abnormalitas sekunder terjadi karena sel atau bakal sel kelamin jantan meninggalkan epitel kecambah pada tubuli seminiferi, selama perjalanan melalui saluran epididimis dan vas deferens, selama ejakulasi dan perjalanannya melalui urethra atau manipulasi terhadap ejakulat termasuk agitasi (Iksan, 1992).

4.3.3 Perbandingan Antara Sperma Kambing Dan Sperma Manusia
Secara morfologis bentuk sperma pada kambing dan manusia sangat berbeda. Pada sperma manusia bentuk kepalanya bulat, lehernya berbentuk bulat dan pendek sedangkan ekornya berbentuk bulat dan panjang. Pada sperma kambing bentuk kepala lebih besar dari sperma manusia dan lebih lonjong. Pada bagian kepala sperma kambing memanjang dan ekornya juga panjang.

4.3.4 Perbandingan Antara Sperma Kambing, Bukan Perokok, Perokok sedang Dan Perokok berat
Pada sperma kambing jantan, dapat terlihat bentuk ekornya panjang dan bagian kepalanya memanjang. Sperma kambing jantan setelah diwarnai dengan eosin ternyata banyak yang terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa sperma banyak yang mati. Pada kambing mengalami abnormalitas pada sperma yaitu tidak mempunyai ekor, ada yang ekornya pendek dan kematian mencapai 100 %. Pada sperma orang yang tidak merokok, dapat terlihat bahwa jumlah spermanya sedikit dan banyak yang mati tetapi tidak berggerombol. Sedangkan pada sperma perokok berat, dapat terlihat bahwa jumlah spermanya lebih banyak daripada perokok sedang dan jumlah sperma yang mati juga lebih banyak daripada perokok sedang. Ada sperma yang bergerak lurus dan sedikit memutar-mutar, sperma pada perokok berat ini juga banyak yang menggerombol. Pada sperma ini ditemukan sperma abnormal antara lain ekornya tidak ada atau putus, kepala dua dan lehernya agak besar. Pada sperma perokok sedang, dapat terlihat bahwa spermanya bergerak. Tetapi pada dasarnya sperma ini sebagian besar pergerakannya normal. Sperma ini ada yang berggerombol. Sperma yang hidup tidak terwarnai akan tetapi tidak bergerak karena diwarnai. Pada sperma ini juga ada sperma yang abnormal antara lain kepala lebih dari satu, kepala besar, ekor panjang, dan ada yang kepalanya kecil.























BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum tentang pengamatan sel kelamin kali ini adalah sebagai berikut :
1.   Sperma pada kambing jantan memiliki volume 1,8 ml dan derajat keasamannya pada suasana asam yaitu pHnya 5, warna sperma kambing jantan adalah putih susu yang berwujud sangat kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma kambing jantan sangat jelek dan viabilitasnya 100 % spermanya mati, karena semua telah terwarnai. Sperma kambing jantan setelah diwarnai dengan eosin ternyata banyak yang terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa sperma banyak yang mati. Pada kambing mengalami abnormalitas pada sperma yaitu tidak mempunyai ekor, ada yang ekornya pendek dan kematian mencapai 100 %.
2.   Sperma pada manusia yang tidak merokok memiliki volume 2,5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 9, warna sperma pada orang ini adalah agak putih susu yang berwujud kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini bagus dan viabilitasnya belum sempat di amati karena terbatasnya waktu pada saat praktikum. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa jumlah spermanya sedikit dan banyak yang mati tetapi tidak berggerombol.
3.   Sperma pada perokok berat memiliki volume 1 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 7, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang berwujud agak encer. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang bagus dan viabilitasnya belum sempat di amati karena terbatasnya waktu saat praktikum. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa jumlah spermanya lebih banyak dari pada perokok sedang dan jumlah sperma yang mati juga lebih banyak daripada perokok sedang. ada sperma yang bergerak lurus dan sedikit memutar-mutar, sperma pada perokok berat ini juga banyak yang menggerombol. Pada sperma ini ditemukan sperma abnormal antara lain ekornya tidak ada atau putus, kepala dua dan lehernya agak besar.
4.  Sperma pada perokok sedang memiliki volume 1,5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 8, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang berwujud agak kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang bagus dan viabilitasnya <50 % spermanya mati karena banyak jumlah sperma yang terwarnai. r.
5.  Secara morfologis bentuk sperma pada kambing dan manusia sangat berbeda. Pada sperma manusia bentuk kepalanya bulat, lehernya berbentuk bulat dan pendek sedangkan ekornya berbentuk bulat dan panjang. Pada sperma kambing bentuk kepala lebih besar dari sperma manusia dan lebih lonjong. Pada bagian kepala sperma kambing memanjang dan ekornya juga panjang.





















DAFTAR PUSTAKA
Basoeki, Soedjomo. 1988. Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Jakarta : LPTK
Eddy, E. M. 1998. The Spermatozoon. New York : Raven Press
Hafez, E. S. E. 1993. Reproduktion In Farm Animals. USA : Lea and Febiger
Iksan. 1992. Diktan Inseminasi Buatan. Malang : UB Press
Iqbal, 2007. http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-hewan-jantan. Di akses tanggal 10 Mei 2010
Iqbal, 2007. http://one.indoskripsi.com/content/kandungan nikotin pada rokok. Di akses tanggal 10 Mei 2010
Junquiera, Luis C. Carneiro Jose. 1980. Histologi Dasar Edisi Ketiga. Alih bahasa Adji Dharma. Jakarta : EGC
Lindsay. 1982. Reproduction In Domestic Livestock In Indonesia. University Of Queensland Press
Mukayat, Djarubita. 1984. Reproduksi Hewan. Surabaya : IKIP Press
Novian, Darkuni. 1994. Embriologi Hewan I. Malang : IKIP Malang
Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya
Sadler, TW. 1988. Embriologi Kedokteran Edisi 5. Alih bahasa Irwan Susanto. Jakarta : EGC
Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi Inseminasi Buatan Pada Sapi. Yogyakarta : UGM Press
Sudarwati, S. 1993. Perkembangan Hewan. Bandung : ITB
Susilowati. 1989. Laporan Praktikum Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan. Malang : UB Press
Toelihere, Mozes. 1993. Analisis Kualitas Semen Pada Ternak. Bandung : Angkasa
Yatim, W. 1996. Histologi. Bandung : Tarsito



 LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II
“ PENGAMATAN SEL KELAMIN “








 

 

 

 

 

 



JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar