BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel kelamin
(gamet) merupakan hasil proses gametogenesis. Gamet jantan disebut spermatozoid
dan gamet betina disebut sel telur. Spermatozoa diproduksi di dalam tubulus
seminiferus testis. Spermatozoid vertebrata terdiri atas bagian kepala, leher,
bagian tengah dan ekor yang berupa flagel panjang. Sperma hewan-hewan yang
berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan mobilitasnya. Bentuk
spermatozoid adalah spesifik spesies, perbedaannya terutama terletak pada
bentuk kepalanya yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip (Kholil, 2009).
Pada
hewan-hewan yang tidak memiliki epididimis, testis menjadi tempat perkembangan
serta maturasi sperma. Jadi pada hewan-hewan tersebut sperma yang dikeluarkan
dari testis merupakan sperma yang matang, mempunyai motilitas dan mempunyai
kemampuan untuk membuahi sel telur. Pada hewan-hewan yang memiliki epididimis,
sperma yang berada di dalam tubulus seminiferus atau yang dikeluarkan dari
testis belum motil, motilitasnya baru diperoleh setelah mengalami aktivasi atau
pematangan fisiologia di dalam epididimis. Spermatozoa dapat disimpan dalam
epididimis dan vas deferens selama beberapa hari sampai beberapa bulan (Yatim,
1990).
Praktikum kali
ini dilakukan agar dapat mengetahui struktur morfologi spermatozoid pada
kambing maupun pada manusia. Selain itu juga untuk mengamati perbedaan sel
kelamin yang di ambil dari bagian-bagian sistem reproduksi yang berbeda.
1.1.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1.
Bagaimana struktur morfologi
spermatozoid dan sel telur beberapa hewan vertebrata?
2. Apa
perbedaan sel kelamin yang diambil dari bagian-bagian sistem reproduksi yang
berbeda?
1.2.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah:
2. Mengamati
perbedaan sel kelamin yang diambil dari bagian-bagian sistem reproduksi yang
berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Spermatozoa
Gamet jantan
spermatozoon (jamak : spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan, disebut
testis. Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma
dihasilkan dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia.
Spermatogonia bersifat diploid, ini dapat membelah dan secara mitosis dapat
membentuk spermatogonia atau berubah menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap
spermatosit menghasilkan empat sel haploid yaitu spermatid. Spermatid dalam
proses tersebut kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang menjadi
sel sperma (Yatim, 1990).
Bila sperma
masuk ke dalam vagina, sperma meneruskan perjalanan ke dalam dan melalui
uterus, ke atas ke dalam oviduk. Disinilah fertilisasi dapat terjadi bila telur
ada yang matang (Eddy, 1998).
Meskipun sperma
dapat berenang beberapa milimeter dalam setiap detik, perjalanannya ke tuba
falopii mungkin dibantu oleh pengerutan otot dinding uterus dan tuba tersebut.
Sperma dapat mencapai telur dalam 15 menit dari saat ejakulasi. Perjalanan ini
penuh dengan mortalitas yang tinggi. Ejakulasi rata-rata berisi beberapa ratus
juta sperma tetapi hanya beberapa saja yang dapat menyelesaikan perjalanannya
dan dari ini hanya ada satu yang dapat memasuki telur dan membuahinya (Basoeki,
1988).
Produksi sperma
dapat terjadi di dalam testis dan setiap testis penuh dengan ribuan saluran
tubulus seminifer, dinding tubulus ini terdiri dari spermatogonia diploid.
Proses perubahan sebuah spermatogonium ke dalam sperma meliputi dua pembelahan
sel yang beruntun, secara meiosis setiap spermatogonium menghasilkan empat sel
sperma (Noviar, 1994).
2.2 Bagian-Bagian Spermatozoa
Menurut Eddy (1998) secara morfologis spermatozoa pda
berbagai jenis hewan pada umumnya sama, namun hanya terdapat perbedaan kecil
antara lain variasi bentuk kepala.
Bagian tengah digambarkan sebagai pusat tenaga sperma
karena mitokondria terpusat di daerah ini. Mitokondria mengandung system enzim
yang menggerakkan siklus asam trikarboksilat dan transport electron serta
fosforilasi oksidatif yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP untuk gerakan
spermatozoa (Lindsay, 1982).
Spermatozoa tersusun dari kepala, badan dan ekor. Dalam
kepala ada bahan inti dan suatu granula yang gelap disebut dengan akrosom dan
berisi enzim yang memudahkan penembusan sperma ke dalam ovum. Sejumlah
mitokondria dalam badan melakukan metabolisme yang memberi energi untuk
lokomosi dan ekor menggerakkan sperma spanjang perjalanan (Basoeki, 1988).
Struktur sel sperma sesuai dengan fungsinya, pada sebagian
besar spesies, kepala mengandung nukleus haploid yang ditudungi oleh badan
khusus yaitu akrosom, di belakang kepala sel sperma mengandung sejumlah besar
mitokondria yang menyediakan energi atau ATP untuk pergerakan ekor yang berupa
sebuah flagel (Salisbury, 1985).
2.3 Proses
Spermatogenesis
Pembentukan
spermatozoa dari spermatogonia disebut spermatogenesis. Berlangsung pada epitel
germinal. Pembikinan spermatozoa ini dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu : 1)
spermatositogenesis, 2) meiosis dan 3) spermiogenesis (Yatim, 1996).
Spermasitogenesis
disebut juga tahap proliferasi. Dalam tahap ini spermatogonia A membelah
membentuk spermatogonia In, dan ini membelah pula membentuk spermatogonia B.
Spermatogonia B bermitosis menjadi spermatosit I (Yatim, 1996).
Meiosis terdiri
dari dua fase utama yaitu : meiosis I dan meiosis II. Meiosis I menempuh
fase-fase : a) profase, b) metafase, c) anafase dan d) telofase. Profase
meiosis I dibagi lagi atas lima subfase yaitu : 1) leptoten, 2) zigoten, 3)
pakhiten, 4) diploten dan 5) diakinesis. Meiosis II menempuh fase yang sama
seperti meiosis I tetapi profase tidak lagi terbagi atas subfase. Selesai
meiosis I terbentuk spermatosit II dan selesai meiosis II terbentuk spermatid
(Yatim, 1996).
Menurut Rustidja (2005) proses perkembangan sperma tidak
sekompleks perkembangan telur. Spermatogonia primitive memperbanyak diri secara
mitosis pada dinding tubuli dari testis. Menurut Toelihere (1981), spermatozoa
dibentuk di dalam testis melalui proses yang disebut spermatogenesis tetapi
mengalami pematangan lebih lanjut di dalam epididimis di mana sperma disimpan sampai
ejakulasi.
Spermiogenesis
disebut juga tahap transformasi yaitu tahap perubahan bentuk dan komposisi
spermatid yang bundar menjadi bentuk cebong yang memiliki kepala, leher dan
ekor serta berkemampuan untuk bergerak (motil) (Yatim, 1996).
Spermatogenesis
terjadi di dalam tubulus seminiferus dalam testis. Proses tersebut berlangsung
mulai dari dinding tepi sampai ke lumen tubulus seminiferus. Tingkatan
perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah sebagai berikut
(Kholil, 2009) :
1. Spermatogonium : ukurannya relatif kecil,
bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak berderet didekat atau
melekat membrana basalis.
2. Spermatosit I : ukuran paling besar, bentuk
bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh dengan membrana basalis.
3. Spermatosit II : ukuran agak kecil (1/2 x
spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauhi
membran basalis (mendekati lumen).
4. Spermatid : ukuran kecil, bentuk agak oval,
warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di dekat lumen.
5. Spermatozoid : spermatozoa muda melekat
secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat di dalam lumen.
2.4 Spermatozoa Normal Dan Abnormal
Spermatozoa normal memiliki kepala, leher, dan ekor.
Bagian depan kepala tampak sekitar 2/3 bagian tertutupi oleh akrosom. Tutup
sambungan dasar akrosom dan kepala disebut cincin nucleus. Antara badan dan
kepala terdapat sambungan pendek yaitu leher yang berisi sentriol proksimal,
kadang dinyatakan sebagai pusat kinetic aktivitas spermatozoa. Bagian badan
dimulai dari leher dan berlanjut ke cincin sentriol. Bagian badan dan ekor
mampu bergerak bebas meskipun tanpa kepala, ekor membantu mendorong spermatozoa
untuk bergerak maju (Salisbury, 1985).
Spermatozoa yang normal tersusun dari kepala, bagian tengah
dan ekor. Bagian kepala ditutup oleh tudung protoplasmic. Bentuk kepala
bervariasi tergantung spesies, pada sapi, kambing dan kelinci berbentuk bulat
telur pipih (Sudarwati, 1993).
Menurut Jasin (1994) dalam spermatozoa ada berbagai macam
zat yang terkandung di dalamnya dan masing-masing memiliki fungsi khusus antara
lain :
a. Fruktosa,
dihasilkan oleh vesikula seminalis
b. Asam sitrat
c. Spermin
d. Enzim fosfatase
asam, glukorunidase, lisozim dan amylase
e. Prostaglandin
f. Elektrolit
Abnormalitas sperma dibagi dalam 2 kelompok yaitu
abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi di
tubuli seminiferi dalam proses spermatogenesis. Abnormalitas sekunder terjadi
sesudah spermatozoa, meninggikan tubuli seminiferus (Toelihere, 1979).
Bentuk-bentuk abnormalitas primer terjadi karena kelainan
pada tubuli seminiferi dengan gangguan testikuler. Abnormalitas primer di
tandai oleh kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar, memanjang, berganda,
dan berbentuk seperti buah per, badan atau ekor berganda, pembesaran bagian
tengah, ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial (Toelihere,
1993).
Abnormalitas sekunder terjadi karena sel atau bakal sel
kelamin jantan meninggalkan epitel kecambah pada tubuli seminiferi, selama perjalanan
melalui saluran epididimis dan vas deferens, selama ejakulasi dan perjalanannya
melalui urethra atau manipulasi terhadap ejakulat termasuk agitasi (Iksan,
1992).
2.5 Sifat-Sifat
Makroskopis Dan Mikroskopis Pada Spermatozoa
Pemberian
aliran udara dan larutan isotonis NaCl fisiologik atau plasma air mani tidak
menaikkan derajat motilitas. Perlakuan dengan unsur-unsur ion yang dapat
mempertinggi kemampuan pengikatan air oleh spermatozoa. Dengan teknik pewarnaan
spermatozoa ditemukan bahwa bagian terbesar spermatozoa diseluruh pembuluh
epididimis dalam keadaan hidup, tetapi hanya yang terdapat di bagian ekor
menunjukkan gerakan yang kuat (Hafez, 1993).
Motilitas atau gerakan spermatozoa dapat dilihat
berdasarkan gerakan massa atau gerakan individunya serta lamanya gerak (Iksan,
1992) :
1. Pergerakan massa
spermatozoa
2. Pergerakan
individu spermatozoa
3. Konsentrasi
spermatozoa
4. Viabilitas
spermatozoa
Gerakan massa hanya dapat dilakukan pada semen segar
dengan perbesaran mikroskop yang kecil (10 x 10). Penilaian gerak massa adalah
sebagai berikut (Iksan, 1992) :
1. + + + adalah
sangat baik, gerakan bergelombang cepat dan padat, membentuk pusaran 2
gelombang.
2. + + adalah baik,
bila terlihat gelombang 2 melainkan hanya gerakan individual.
3. + adalah lumayan,
jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan individual aktif
progesif.
4. N adalah buruk,
bila ada sedikit atau tidak ada gerakan individual
Pergerakan gerak individu ini sangat dipengaruhi oleh
peneliti terutama keterampilan dan pengalaman dari pemeriksaan secara
mikroskopis. Oleh karena itu penelitian dari seseorang dengan orang lain
berbeda (Susilowati, 1989).
Bukti-bukti
nyata menunjukkan bahwa spermatozoa tidak hanya menyempurnakan spermiogenesis
dengan membebaskan diri dari sisa-sisa Golgi, membangun kemampuan untuk
bergerak dengan kekuatan sendiri dalam perjalanannya melewati epididimis tetapi
juga membangun kemampuan kesuburannya yang tertinggi untuk membuahi ovum.
Bukti-bukti lain mengatakan bahwa spermatozoa di dalam testis dari beberapa
jenis hewan, ayam jantan dan manusia memiliki daya kesuburan, meskipun belum
diketahui derajat kesuburannya (Susilowati, 1992).
Hubungan antara
waktu spermatozoa selama di dalam epididimis terdapat motilitas dan fertilitas
relatif di beberapa bagian dalam saluran epididimis. Ternyata bahwa sel
spermatozoa yang lebih tua yang berasal dari bagian ekor epididimis hewan
jantan normal lebih fertil menunjukkan bahwa daya kemampuan membuahi ovum
tertinggi terdapat pada spermatozoa yang telah melewati epididimis. Umur
spermatozoa merupakan faktor yang mempengaruhi kesuburan setelah spermatozoa
melewati pembuluh keluar ke bagian ekor epididimis dan spermatozoa ini akan
kehilangan kemampuan membuahi ovum sesudah beberapa waktu berada di epididimis.
Meski demikian hasil ini tidak membuktikan bahwa umur sperma sendiri tidak
tergantung kepada faktor epididimis, merupakan satu-satunya faktor yang
diperlukan oleh spermatozoa normal untuk mempertahankan kapasitas pembuahan
(Partodihardjo, 1992).
Komponen yang
terpenting dalam air mani tentu saja spermatozoa. Air mani tanpa spermatozoa
adalah plasma air mani yang tidak memiliki sifat-sifat sangat penting dalam
proses reproduksi hewan jantan dengan fungsi utama membuahi ovum. Air mani
segar yang di ejakulasikan oleh kambing jantan dikatakan normal bila air mani
tersebut mengandung spermatozoa yang memperlihatkan daya gerak dan aktif,
memiliki gerakan massa yang bergelombang. Banyaknya sel mani yang terdapat di
dalam sejumlah air mani tertentu akan mempengaruhi sifat penampakannya. Air
mani yang encer dan jernih mengandung
spermatozoa yang sedikit jumlahnya, sedangkan air mani yang keruh dan kental,
dalam keadaan yang wajar, memiliki konsentrasi spermatozoa yang tinggi
(Junquiera, 1980).
Kekentalan air
mani akan menaik selaras dengan konsentrasi spermatozoa. Kekentalan air
mani berkorelasi tinggi dengan
konsentrasi spermatozoa, tetapi tidak dengan plasma seminalis sesudah sel mani
dipisahkan atau air mani dalam penyimpanan. Kekentalan dan sifat-sifat air mani
tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Supaya analisa dapat
dipertanggungjawabkan, setiap kali pipet yang digunakan untuk mengambil air
mani harus dicuci dahulu dengan bahan pengencer atau bahan reagent analitik
sebelum pipet itu dipakai lagi untuk mengambil air mani yang lain dengan
konsentrasi yang berbeda untuk diteliti (Sadler, 1988).
Tekanan osmosis
adalah tekanan yang perlu dimiliki oleh larutan supaya terjadi keseimbangan
dengan air murni bila larutan tadi dan air dipisahkan oleh suatu membran yang
dapat ditembus oleh air, tetapi tidak dapat ditembus oleh larutan (suatu
membran yang semipermeabel). Tekanan osmosis dinyatakan dengan atmosfir,
tekanan osmosis di dalam air mani yang bekerja terhadap spermatozoa dan
terhadap sel-sel dinding saluran reproduksi itu yaitu tempat spermatozoa di
dapatkan (Mukayat, 1984).
Tekanan osmosis
yang di akibatkan oleh cairan tergantung pada konsentrasi bagian-bagian yang
terkandung di dalamnya, termasuk ion-ion molekul kecil dan elektrolit, dan
molekul koloid. Selama pengukuran tekanan osmosis yang teliti sulit untuk
dilaksanakan, orang menggunakan cara yang lebih mudah dan banyak di ulang
menentukan terhadap depresi larutan atau campuran yaitu suatu larutan yang
tergantung pada konsentrasi materi yang di kandungnya (Salisbury, 1985).
Kepekatan semen dapat di nilai atau ditaksir dengan
perhitungan jumlah spermatozoa dengan haemocytometer dan spectrophotometer
(Mattheij, 1989).
Viabilitas spermatozoa merupakan spermatozoa yang hidup
dan yang mati, selama spermatozoa hidup lapisan pembungkusnya tidak dapat
ditembus oleh sejumlah zat warna tetapi spermatozoa mati zat warna tersebut
akan masuk sampai ke bagian tengah kepala spermatozoa (Lindsay, 1989).
2.2 Kajian
Keislaman
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja.
Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan.
Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang
diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di spintu
masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Ayat pada Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sperma
terdapat pada surat As-sajadah ayat 8
yang berbunyi:
¢OèO
@yèy_
¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB
&ä!$¨B
&ûüÎg¨B ÇÑÈ
Artinya:
kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina.
Makna dari surat as-sajadah ayat 8:
Dalam Al-Qur’an surat As-Sajadah
: 8, dinyatakan bahwa manusia dibuat dari saripati air yang hina, yaitu mani.
Sebagaimana ayat tersebut bukan cairan yang membawa spermatozoaitu yang
membuahi telur, melainkan “saripatinya” saja. Saripati itu adalah sperma yang
didalamnya menjadi agen pembuahan, atau
lebih tepat lagi, kromosom didalam sperma itu merupakan saripati sperma.
Ketika sel telur membiarkan satu sperma masuk, sperma lain tidak mungkin masuk.
Penyebabnya adalah medan listrik yang terbentuk disekeliling sel telur yang
bermuatan negative (-). Ketika sperma menembus sel telur, muatan ini berubah
menjadi muatan positif (+). Oleh karena itu, sel telur tersebut yang kini
bermuatan sama dengan spermatozoa lain di luar, mulai menolak mereka.
Air mani merupakan suatu bahan
yang di kelurkan dari bahan lain dan merupakan bagian yang terbaik dari bahan
itu sendiri. Satu dari beberapa sel yang di keluarkan oleh manusia dalam
keadaan normal yang dapat masuk kedalam ovum dan kemudian menjadi segumpal
darah , lalu segumpal darah itu di jadikan segumpal daging , dan segumpal
daging itu di jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu di bungkus
dengan daging , kemudian terjadilah mahluk yang berbentuk lain.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum kali
ini dilaksanakan pada hari Kamis Tanggal 04 Mei 2010 jam 15.00-17.00 WIB Di
Laboratorium Pendidikan Biologi B Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat-alat yang
digunakan adalah:
1.
Mikroskop
1 buah
2.
Obyek glass 4 Buah
3.
DeckGlass 4 Buah
4.
Alat Pemanas 1 Buah
5.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan adalah:
1.
Sperma
orang yang tidak merokok
secukupnya
2.
Sperma
perokok Berat secukupnya
3.
Sperma Perokok Sedang secukupnya
4.
Sperma pada ikan
secukupnya
5.
Nacl
secukupnya
6.
Larutan eosin negrosin secukupnya
3.3 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum tentang sistem
reproduksi adalah :
1.
Dihangatkan semua sampel dari sperma
terlebih dahulu sampai hangat
2.
Diambil semua sampel sperma tersebut
kemudian diamati pengamatan makroskopis satu persatu, meliputi volume, warna
dan kekentalan.
3.
Diamati pengamatan mikroskopis yang
meliputi motilitas yaitu massa dan individu, viabilitas, dan abnormalitas.
4.
Digambar dan diberikan deskripsi dari
gambar tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
|
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
Keterangan
|
|
Sperma
normal
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
(Iqbal,
2007)
|
1.
Sperma
terdiri dari kepala, badan dan ekor.
2.
Kepala
mengandung nukleus haploid yang ditudungi oleh badan khusus yaitu akrosom
3.
Di
belakang kepala sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria yang
menyediakan energi atau ATP
4.
Untuk
pergerakan ekor yang berupa sebuah flagel
5.
Dalam kepala ada bahan inti dan suatu granula
yang gelap disebut dengan akrosom dan berisi enzim yang memudahkan penembusan
sperma ke dalam ovum.
6.
Sejumlah mitokondria dalam badan melakukan
metabolisme yang memberi energi untuk lokomosi
7.
Ekor menggerakkan sperma spanjang perjalanan
|
|
Sperma
abnormal
|
![]()
(Iqbal,
2007)
|
1.
Kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar,
memanjang, berganda, dan berbentuk seperti buah per.
2.
Badan atau ekor berganda, pembesaran bagian tengah,
ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial.
|
\
4.1.1 Tabel Pengamatan
sperma Mikroskopis
|
Perlakuan
|
|
PARAMETER
|
|
|
|
|
VOLUME
|
WARNA
|
VISKOSITAS
|
pH
|
|
Perokok Berat
|
1 ml
|
PS
|
Kental
|
7 (Normal)
|
|
PerokokSedang
|
1.5 ml
|
PK
|
Agak Kental
|
8 (Basa)
|
|
Tidak Merokok
|
2.5 ml
|
PK
|
Agak kental
|
9 (Basa)
|
|
Kambing
|
1.8 ml
|
PS
|
Kental
|
5 (asam)
|
4.1.2
Tabel Pengamatan sperma Makroskopis
Perlakuan
|
Gelombang
masa
|
Motilitas
|
|
Viabilitas
|
|
|
|
Masa
|
Individu
|
|
|
Perokok Berat
|
_
|
>50 %
|
Maju, bergerak, berekor
|
|
|
Kambing
|
_
|
_
|
_
|
Mati
|
|
Tidak Merokok
|
++
|
0 %
|
_
|
Mati
|
|
Perokok Ringan
|
+
|
<50
%
|
Bergetar
|
<50%
|
|
Perlakuan
|
|
MORFOLOGI
|
|
|
|
Normal
|
Abnormal
|
Keterangan
|
|
Kambing
|
|
|
a) Normal
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor
b) Abnormal
1.
Kepala Putus
2.
Ekor putus
3.
Ekor pendek
|
|
Perokok Berat
|
|
|
a. Normal
1. Kepala
2. Leher
3. Ekor
b. Abnormal
1. Kepala besar
2. Kepala
bengkok
3. Kepala
kecil
|
|
Perokok Ringan
|
|
|
a. Normal\
1. Ekor
2. Kepala
3. Leher
b. Abnormal
1. ekor
bengkok
2. Tanpa
ekor
|
|
Tidak merokok
|
|
|
|
Keterangan
:
pH :
derajat keasaman Viabilitas :
kemampuan hidup atau mati (%)
M :
motilitas (pergerakan)
PB : putih
bening + + + : sangat bagus
PK : putih
kuning + + : bagus
PM : putih
merah + : kurang bagus
PH : putih
hijau - : jelek
PS : putih
susu
Viskositas : kekentalan
4.3 Pembahasan
4.3.1
Sperma pada Kambing
Sperma pada kambing jantan memiliki volume 1.8 ml dan
derajat keasamannya pada suasana asam yaitu pHnya 5, warna sperma kambing
jantan adalah putih susu yang berwujud sangat kental. Motilitas atau pergerakan
pada sperma kambing jantan sangat jelek dan viabilitasnya 100 % spermanya mati,
karena semua telah terwarnai. Pada sperma kambing jantan, bila di amati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bentuk ekornya panjang
dan bagian kepalanya memanjang. Sperma kambing jantan setelah diwarnai dengan
eosin ternyata banyak yang terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa sperma
banyak yang mati. Pada kambing mengalami abnormalitas pada sperma yaitu tidak
mempunyai ekor, ada yang ekornya pendek dan kematian mencapai 100 %.
Kebanyakan air
mani kambing jantan berwarna dengan variasi putih seperti susu sampai warna
krem. Namun banyak di antara kambing jantan menghasilkan air mani normal yang
berwarna kuning. Warna kuning merupakan sebagai warna yang normal bagi air mani
kambing jantan dan tidak berpengaruh jelek terhadap spermatozoa dan tidak
mempengaruhi fertilitas kambing jantan. Lopochrom berasal dari sel epitel
kelenjar ampulla dan tidak dipengaruhi oleh sifat makanannya (Salisbury, 1985).
Volume air mani
kambing jantan yang di ejakulasikan tidaklah sama di antara kambing jantan yang
satu dengan yang lain, atau pada tiap jantan-jantan itu sendiri. Pada umumnya
volume air mani akan bertambah banyak sesuai dengan umur, besar tubuh,
perubahan keadaan kesehatan reproduksinya, daya kekuatan dan frekuensi
penggunaannya. Kambing jantan yang masih muda akan menghasilkan air mani
sedikit. Pada umumnya konsentrasi sejalan dengan perkembangan seksual dan
kedewasaan kambing jantan, sesuai dengan kualitas makanan yang diberikan dan
pengaruh kesehatan reproduksi dan besar testis (Nalbandov, 1990).
Umur
spermatozoa kambing jantan di dalam epididimis sama dengan umur spermatozoa
marmut. Pengaruh lingkungan epididimis merupakan lingkungan terbaik untuk
ketahanan spermatozoa pada suhu tubuh. Pengaruh suhu terhadap testis di dalam
skrotum menunjukkan bahwa spermatozoa dalam testis kurang tahan hidup
dibandingkan dengan spermatozoa yang hidup di dalam epididimis dan spermatozoa
dari bagian epididimis yang lebih rendah lebih tahan hidup daripada spermatozoa
dalam kepala epididimis (Iksan, 1992).
pH air mani kambing
jantan segar tergantung pada proporsi beberapa cairan yang tergabung di dalam
air mani itu. Kebanyakan air mani normal yang dikumpulkan condong ke arah asam
dari pH normal dengan variasi sekitar pH
6,5-6,9 dengan rata-rata sekitar 6,75. Air mani berkualitas baik, biasanya
lebih ke arah asam (pH rendah) daripada air mani dengan konsentrasi spermatozoa
yang rendah. Air mani berkualitas jelek, mengandung cairan yang banyak
jumlahnya, berasal dari uretharalis dan kelenjar perlengkapan. Selama spermatozoa
menguraikan fruktosa, di dalam air mani menjadi asam susu, didalam kondisi
anaerob (tanpa udara) yang biasanya ditimbulkan karena spermatozoa itu disimpan
di dalam tabung kapiler, pH air mani agaknya menurun sesuai dengan bertambahnya
waktu dari pengumpulan air mani sampai pengukuran pH. Dari segi lain,
kontaminasi air mani dengan kuman dan air mani yang banyak berisi spermatozoa
mati, akan terbentuk amoniak dan pHnya akan menaik (Toelihere, 1993).
4.3.2 Sperma Manusia
Sperma pada manusia yang tidak merokok memiliki volume 2,5
ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya 9, warna sperma pada orang ini
adalah agak putih susu yang berwujud kental. Motilitas atau pergerakan pada
sperma orang ini bagus dan viabilitasnya belum sempat di amati karena
terbatasnya waktu pada saat praktikum. Pada sperma orang ini, bila di amati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa jumlah spermanya
sedikit dan banyak yang mati tetapi tidak berggerombol.
.
Sperma pada perokok 2 yaitu perokok sedang memiliki volume 1.5 ml dan derajat keasamannya
normal yaitu pHnya 8, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang
berwujud agak kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang
bagus dan viabilitasnya <50 % spermanya mati karena banyak jumlah sperma
yang terwarnai. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa spermanya bergerak cepat tetapi ada
juga yang bergerak berputar-putar dan bergerak zig zag tidak teratur. Tetapi
pada dasarnya sperma ini sebagian besar pergerakannya normal. Sperma ini ada
yang berggerombol. Sperma yang hidup tidak terwarnai akan tetapi tidak bergerak
karena diwarnai. Pada sperma ini juga ada sperma yang abnormal antara lain
kepala lebih dari satu, kepala besar, ekor panjang, dan ada yang kepalanya
kecil.
Kondisi abnormal di tandai dengan jika tidak ada koagulum
pada sperma yang baru saja di ejakulasikan, selain itu juga dikarenakan waktu
likuefaksi lama dan tidak sempurna (Partodihardjo, 1992).
Warna pemeriksaannya dilakukan dengan mata telanjang
dengan latar belakang putih. Normal apabila warna bervariasi dari translusen
(putih kanji) sampai putih keabuan atau putih kekuningan. Warna yang lain
menunjukkan kelainan seperti kemerahan atau merah darah (hemospermia) dan putih
susu (leukospermia). Bau sperma normal khas menyerupai bunga akasia. Bau tidak
khas misalnya amis, pesing, dan bau obat. Bau khas sperma disebabkan adanya
spermin yang dihasilkan oleh kelenjar prostate (Susilowati, 1992).
pH normal pada sperma antara 6,8-7,8 sedangkan pH abnormal
lebih dari 7,8 dan kurang dari 6.8. Volume normal (normospermia) antara 2-6 ml.
Volume <1 ml disebut hipospermia dan volume >6 ml disebut hiperspermia.
Viabilitas digunakan untuk penentuan motilitas sperma. Sperma yang tidak
bergerak belum tentu mati, mungkin saja dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak
cocok, sehingga sperma tidak bergerak, kalau suatu saat baik kemungkinan sperma
akan bergerak lagi (Iksan, 1992).
Kesuburan pria berkaitan dengan beberapa factor misalnya ukuran,
bentuk dan jumlah sperma yang diejakulasikan. Sperma fertile mempunyai bentuk
dan ukuran seragam, motilitasnya tinggi. Walaupun hanya satu sperma yang
membuahi sebuah ovum, namun diperlukan jutaan sperma agar terjadi pembuahan.
Sebuah spermatozoa mempunyai adaptasi tinggi untuk mencapai dan menembus ovum
wanita. Ia tersusun dari sebuah kepala, badan dan sebuah ekor. Dalam kepala ada
bahan inti dan suatu granula gelap yang disebut dengan akrosom dan berisi enzim
yang memudahkan penembusan sperma ke dalam ovum. Sejumlah mitokondria dalam
badan melakukan metabolisme yang memberi energi untuk lokomosi dan ekor
menggerakkan sperma sepanjang perjalanan (Basoeki, 1988).
Kekentalan air
mani akan menaik selaras dengan konsentrasi spermatozoa. Kekentalan air mani berkorelasi tinggi dengan konsentrasi
spermatozoa, tetapi tidak dengan plasma seminalis sesudah sel mani dipisahkan
atau air mani dalam penyimpanan. Kekentalan dan sifat-sifat air mani tergantung
pada konsentrasi spermatozoa. Supaya analisa dapat dipertanggungjawabkan,
setiap kali pipet yang digunakan untuk mengambil air mani harus dicuci dahulu
dengan bahan pengencer atau bahan reagent analitik sebelum pipet itu dipakai
lagi untuk mengambil air mani yang lain dengan konsentrasi yang berbeda untuk
diteliti (Sadler, 1988).
Kepekatan semen dapat di nilai atau ditaksir dengan
perhitungan jumlah spermatozoa dengan haemocytometer dan spectrophotometer
(Mattheij, 1989).
Viabilitas spermatozoa merupakan spermatozoa yang hidup
dan yang mati, selama spermatozoa hidup lapisan pembungkusnya tidak dapat
ditembus oleh sejumlah zat warna tetapi spermatozoa mati zat warna tersebut
akan masuk sampai ke bagian tengah kepala spermatozoa (Lindsay, 1989).
Abnormalitas sperma dibagi dalam 2 kelompok yaitu
abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi di
tubuli seminiferi dalam proses spermatogenesis. Abnormalitas sekunder terjadi
sesudah spermatozoa, meninggikan tubuli seminiferus (Toelihere, 1979).
Bentuk-bentuk abnormalitas primer terjadi karena kelainan
pada tubuli seminiferi dengan gangguan testikuler. Abnormalitas primer di
tandai oleh kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar, memanjang, berganda,
dan berbentuk seperti buah per, badan atau ekor berganda, pembesaran bagian
tengah, ekor atau bagian tengah melingkar atau pertautan abaksial (Toelihere,
1993).
Abnormalitas sekunder terjadi karena sel atau bakal sel
kelamin jantan meninggalkan epitel kecambah pada tubuli seminiferi, selama
perjalanan melalui saluran epididimis dan vas deferens, selama ejakulasi dan
perjalanannya melalui urethra atau manipulasi terhadap ejakulat termasuk
agitasi (Iksan, 1992).
4.3.3 Perbandingan
Antara Sperma Kambing Dan Sperma Manusia
Secara morfologis bentuk sperma pada kambing dan manusia
sangat berbeda. Pada sperma manusia bentuk kepalanya bulat, lehernya berbentuk
bulat dan pendek sedangkan ekornya berbentuk bulat dan panjang. Pada sperma
kambing bentuk kepala lebih besar dari sperma manusia dan lebih lonjong. Pada
bagian kepala sperma kambing memanjang dan ekornya juga panjang.
4.3.4 Perbandingan Antara Sperma Kambing, Bukan
Perokok, Perokok sedang Dan Perokok berat
Pada sperma kambing jantan, dapat terlihat bentuk ekornya
panjang dan bagian kepalanya memanjang. Sperma kambing jantan setelah diwarnai
dengan eosin ternyata banyak yang terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa
sperma banyak yang mati. Pada kambing mengalami abnormalitas pada sperma yaitu
tidak mempunyai ekor, ada yang ekornya pendek dan kematian mencapai 100 %. Pada
sperma orang yang tidak merokok, dapat terlihat bahwa jumlah spermanya sedikit
dan banyak yang mati tetapi tidak berggerombol. Sedangkan pada sperma perokok
berat, dapat terlihat bahwa jumlah spermanya lebih banyak daripada perokok
sedang dan jumlah sperma yang mati juga lebih banyak daripada perokok sedang.
Ada sperma yang bergerak lurus dan sedikit memutar-mutar, sperma pada perokok
berat ini juga banyak yang menggerombol. Pada sperma ini ditemukan sperma
abnormal antara lain ekornya tidak ada atau putus, kepala dua dan lehernya agak
besar. Pada sperma perokok sedang, dapat terlihat bahwa spermanya bergerak.
Tetapi pada dasarnya sperma ini sebagian besar pergerakannya normal. Sperma ini
ada yang berggerombol. Sperma yang hidup tidak terwarnai akan tetapi tidak
bergerak karena diwarnai. Pada sperma ini juga ada sperma yang abnormal antara
lain kepala lebih dari satu, kepala besar, ekor panjang, dan ada yang kepalanya
kecil.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum tentang
pengamatan sel kelamin kali ini adalah sebagai berikut :
1. Sperma pada
kambing jantan memiliki volume 1,8 ml dan derajat keasamannya pada suasana asam
yaitu pHnya 5, warna sperma kambing jantan adalah putih susu yang berwujud
sangat kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma kambing jantan sangat
jelek dan viabilitasnya 100 % spermanya mati, karena semua telah terwarnai.
Sperma kambing jantan setelah diwarnai dengan eosin ternyata banyak yang
terwarnai dan hal ini membuktikan bahwa sperma banyak yang mati. Pada kambing
mengalami abnormalitas pada sperma yaitu tidak mempunyai ekor, ada yang ekornya
pendek dan kematian mencapai 100 %.
2. Sperma pada
manusia yang tidak merokok memiliki volume 2,5 ml dan derajat keasamannya
normal yaitu pHnya 9, warna sperma pada orang ini adalah agak putih susu yang
berwujud kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini bagus dan
viabilitasnya belum sempat di amati karena terbatasnya waktu pada saat
praktikum. Pada sperma orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 40 dapat terlihat bahwa jumlah spermanya sedikit dan banyak
yang mati tetapi tidak berggerombol.
3. Sperma pada
perokok berat memiliki volume 1 ml dan derajat keasamannya normal yaitu pHnya
7, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang berwujud agak encer.
Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang bagus dan viabilitasnya
belum sempat di amati karena terbatasnya waktu saat praktikum. Pada sperma
orang ini, bila di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dapat
terlihat bahwa jumlah spermanya lebih banyak dari pada perokok sedang dan
jumlah sperma yang mati juga lebih banyak daripada perokok sedang. ada sperma
yang bergerak lurus dan sedikit memutar-mutar, sperma pada perokok berat ini
juga banyak yang menggerombol. Pada sperma ini ditemukan sperma abnormal antara
lain ekornya tidak ada atau putus, kepala dua dan lehernya agak besar.
4. Sperma pada
perokok sedang memiliki volume 1,5 ml dan derajat keasamannya normal yaitu
pHnya 8, warna sperma pada orang ini adalah putih kuning yang berwujud agak
kental. Motilitas atau pergerakan pada sperma orang ini kurang bagus dan
viabilitasnya <50 % spermanya mati karena banyak jumlah sperma yang
terwarnai. r.
5. Secara
morfologis bentuk sperma pada kambing dan manusia sangat berbeda. Pada sperma
manusia bentuk kepalanya bulat, lehernya berbentuk bulat dan pendek sedangkan
ekornya berbentuk bulat dan panjang. Pada sperma kambing bentuk kepala lebih
besar dari sperma manusia dan lebih lonjong. Pada bagian kepala sperma kambing
memanjang dan ekornya juga panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Basoeki, Soedjomo. 1988. Anatomi Dan Fisiologi
Manusia. Jakarta : LPTK
Eddy, E. M. 1998. The Spermatozoon. New
York : Raven Press
Hafez, E. S. E. 1993. Reproduktion In Farm Animals. USA : Lea and
Febiger
Iksan. 1992. Diktan Inseminasi Buatan.
Malang : UB Press
Iqbal, 2007. http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-hewan-jantan.
Di akses tanggal 10 Mei 2010
Iqbal, 2007. http://one.indoskripsi.com/content/kandungan
nikotin pada rokok. Di akses tanggal 10 Mei 2010
Junquiera, Luis C. Carneiro Jose. 1980. Histologi Dasar Edisi Ketiga.
Alih bahasa Adji Dharma.
Jakarta : EGC
Lindsay. 1982. Reproduction In Domestic Livestock In Indonesia.
University Of Queensland Press
Mukayat, Djarubita. 1984. Reproduksi Hewan. Surabaya : IKIP Press
Novian, Darkuni. 1994. Embriologi Hewan I. Malang : IKIP Malang
Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta :
Mutiara Sumber Widya
Sadler, TW. 1988. Embriologi Kedokteran Edisi 5. Alih bahasa Irwan
Susanto. Jakarta : EGC
Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi Inseminasi Buatan Pada Sapi.
Yogyakarta : UGM Press
Sudarwati, S. 1993. Perkembangan Hewan. Bandung : ITB
Susilowati. 1989. Laporan Praktikum Inseminasi Buatan Fakultas
Peternakan. Malang : UB Press
Toelihere, Mozes. 1993. Analisis Kualitas Semen Pada Ternak. Bandung
: Angkasa
Yatim, W. 1996. Histologi. Bandung : Tarsito
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II
“
PENGAMATAN SEL KELAMIN “
![]() |
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010










Tidak ada komentar:
Posting Komentar