Kamis, 06 Maret 2014

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (SPT) I TATA LETAK DAUN (Phylotaxis)



LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (SPT) I
TATA LETAK DAUN (Phylotaxis)




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Daun pada batang, mempunyai keteraturan susunannya. Daun terdapat pada buku-buku batang. Daun juga mempunyai susunan yang tetap pada spesies-spesies tumbuhan. Oleh karna itu tata letak daun sering dipergunakan sebagai salah satu cirri pengenal bagi tumbuhan(Arief, 2007).
Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi penerimaan cahaya matahari oleh daun-daun tumbuhan. Tata letak daun ini juga dapat mencerminkan tata letak daun cabang yang akan tumbuh dari tunas-tunas ketiak. Untuk mempelajari susunan daun pada batang (tata letak daun, filotaksis) perlu diperhatikan antara lain berapa banyak daun yang terdapat pada setiap buku. Bagaimana hubungan tata letak suatu daun dengan daun daun pada buku atau buku-buku berikutnya. Bagaimana hubungan antara suatu daun dengan daun tau daun-daun diatasnya. Bagaimana keadaan ruas-ruas yang memisahkan buku-buku tempat daun melekat(Arief, 2007).
Jika kita membandingkan duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan, ternyata bahwa ada perbedaan, terutama perbedaan itu mengenai aturan letak daun-daun satu sama lain pada batang. Aturan mengenai letaknya daun inilah yang dinamakan tata letak daun. Untuk tumbuhan yang sejenis (semua pohon papaya dan dumana saja tumbuhannya). Akan kita dapati tat letak daun yang sama. Oleh sebab itu tat letak daun dapat pula dipakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan(Nugroho, 2006).

1.2 Tujuan
      Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengenal macam-macam duduk daun (phyllotaxia) dan membuat diagram tempat duduk daun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tata Letak Daun (Phyllotaxis)
            Daun terbentuk pada meristem apeks batang didekat bagian yang terujung. Pembentukan daun dimulai dengan pembelahan perinklinal sekelompok se dibagian sisi meristem apeks. Pembelahan awal  umumnya terjadi pada lapisan-lapisan sel dibawah permukaan, walaupun pada tumbuhan tertentu pembelahan dimulai dari sel lapis terluar dan beberapa lapis dibawahnya. Sementara pembelahan diatas berlangsungmeristem apeks terus berkembang, sehingga menjadi lebih tinggi. Setelah mencapai tinggi tertentu, disisi lain terjadi pembelahan periklinal yang serupa. Perkembangan kelompok sel tersebut membentuk tonjolan-tonjolan, bakal primodium daun. Letak bakal-bakal daun tersebut mengikuti pola tata letak daun (filotaksis) tumbuhan yang bersangkutan. Pada tumbuhan dikotil tonjolan bakal daun tersebut biasanya berbentuk pasak, sedangkan pada monokotil menempati keliling batang cukup panjang, dan pada dikotil pangkal tersebut sempit(Sumeru, 2004).
            Berdasarkan banyaknya daun pada setiap buku batang, filotaksis dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu (Sumeru, 2004);
1.      Pada setiap buku–buku hanya terdapat satu daun saja
2.      Pada tiap-tiap buku-buku batang hanya terdapat dua daun yang berhadap-hadapan
3.      Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun(Sumeru, 2004)
1. Pada tiap buku terdapat satu daun
            Tersebar (folia sparsa) jika pada setiap buku didapatkan satu daun. Tumbuhan dengan susunan diatas, dapat terlihat berjejal seolah-olah terdapat ketinggian yang sama. Kedudukan daun tersebut dinamakan roset (rasula) yang disebabkan karena ruas batang pada bagian batang tersebut sangat pendek. Roset dapat dibedakan antara lain (Muzayyinah, 2008);
a.       Roset akar, jika batang sangat pendek sehingga daun meneglompok didekat permukaan tanah didekat akar. Contoh pada tapak liman (Elephantopus scaber L.)
b.      Roset batang, jika daun tersusun rapat pada ujung batang, misalnya pada tumbuhan kelapa (Cocus nucifera). Pada tumbuhan berkayu yang mempunyai dua macam percabangan, tegak (ortotrop) dan datar (plagiotrop), seringkali pada suatu tumbuhan dapat ditemukan filotaksis yang berbeda (Muzayyinah, 2008).
2. Pada tiap buku terdapat dua daun
            Berhadapan (folia oposita). Pada setiap buku terdapat dua daun yang kedudukan terpisah 180°. Pada asoka (Ixora paludosa Kurz), pasangan daun pada suatu buku membentuk sudut 90° dengan pasangan daun pada buku terdekat. Kedudukan semacam ini sering disebut berhadapan bersilang (folia oposita decussate) (Muzayyinah, 2008).
3. Pada setiap buku terdapat lebih dari dua daun.
            Berkarang (folia verticilata), daun-daun pada karang atau buku yang beraturan letaknya saling berseling misalnya pada alamanda (Allamanda cathartica). Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan berkarang tidak dapat ditentukan rumus daunnya  (Muzayyinah, 2008).
2.2 Daun Tersebar dan Fibonanci
            Apabila batang diandaikan sutu kerucut, maka pada batang pada tata letak daun tersebar dapat dibuat tiga garis imajinasi (Tjitrosoepomo, 2007):
1.      Garis melingkar mendatar yang dapat ditempatkan sebagai buku tempat melekatnya daun
2.      Garis penghubung antara  suatu daun dengan puncak kerucut yang sering disebut ortostik
3.      Garis penghubung terdekat antara suatu daun pada suatu buku dengan daun pada buku-buku berikutnya. Garis ini melingkar sepiral dan dinamakan spiral genetic. Berdasarkan uraian diatas kalau dimulai dari suatu daun (daun 0), kemudian membuat garis penghubung antar daun 0 dengan daun pada buku-buku terdekat berikutnya, maka garis ( spiral genetic) ini pada saat memotong ortostik yang melalui daun 0 dapat menemukan daun yang tepat di atas daun 0. Jika unuk mencapai daun yang tepat diatas daun 0 garis spiral genetic perlu melingkari batang sebanyak a kali, dan dalam perjalan tersebut setelah meninggalkan daun 0, ditemukan sejumlah b daun, maka dapat disusun suatu pecahan . Pecahan tersebut dapat digunakan untuk (Tjitrosoepomo, 2007):
1.      Menegetahui berapa kali harus mengelilingi batang (pembilang = a). Untuk mencapai daun yang tepat diatas daun awal, dan dalam perjalan tersebut ditemukan beberapa daun (penyebut = b)
2.      Menetapkan besarnya sudut antara dua ratostik yang berurutan sudut divergensi.
Oleh karena itu pecahan tersebut dapat dinamakan rumus daun tau divergensi.






           
Dari penjelasan diatas dapat dicontohkan keadaan berikut. Jika ditemukan pecahan , maka pecahan tersebut dapat memberikan penjelasan berikut (Tjitrosoepomo, 2007) :
·         Untuk mencapai daun yang tepat diatas daun awal diperlukan satu kali mengelilingi batang dan dalam perjalanan menemukan dua daun
·         Sudut divergensi atau sudut pemisah antara dua ortostik terdekat ialah =  x 360° = 180° (Tjitrosoepomo, 2007).
Keadaan tersebut menggambarkan pula bahwa batang tersebut mempunyai dua deret daun, atau dua ortostik. Tata letak daun semacam ini disebut distik (pisang kipas = Ravenala madagascariensis) (Tjitrosoepomo, 2007).
            Pecahan  menunjukkan : satu kali mengelilingi batang, menjumpai tiga daun, tiga ortostik, sudut devergensi 120°. Tata letak daun dengan susunan semacam ini disebut tristik. Tata letak daun pada tumbuhan dengan artostik yang lebih banyak biasanya disebut daun spiral atau daun tersebar. Bagaimana mengenai angka pembilangnya. Hal tersebut dapat dilihat pada susunan atau deret berikut ;
. (Tjitrosoepomo, 2007).
2.3 Spirostik dan Parastik
            Pada beberapa jenis tumbuhan pertumbuhan ruas-ruas antara dua daun tidak simetris menyebabkan kedudukan daun-daun pada satu artostik bergeser searah, sehingga tampak daun-daun tersusun pada satu garis lengkung. Garis tersebut dinamakan spirostik. Berdasarkan jumlah spirostik dikenal tata letak spirosmonostik (falia spiromonosticha) pada pacing (Costus sp), spirotristik (folio spirotristicha) pada pandan (Pandanus sp) (Atiek Liestyaningsih, 1991).    
            Pada tumbuhan yang daunnya tersusun rapat, daun-daun tampak tersusun pada garis-gari spiral kekiri dan kekanan. Kedudukan daun semacam ini sulit ditentukan ortostik dan spiral genetiknya. Garis penghubung daun-daun terdekat kekanan dan kekiri disebut parastik. Jumlah parastik kesatu arah berbeda dengan jumlah parastik kearah yang lain. Setiap daun terdapat titik potongdari dua parastik yang berlawanan arah tersebut. Jumlah dereta daun juga mnunjukkan deret Fibonanci sebagai berikut (Atiek Liestyaningsih, 1991) ;
Ke satu arah (parastik panjang)     :     1          2          3          5          8          13….dst
Kea rah lain (parasti pendek)        :     2          3          5          8          13        21….dst
Filotaksis dinyatakan dengan menyebutkan banyaknya kedua pangkat parastik tersebut, misalnya : 3 + 5 (Atiek Liestyaningsih, 1991).











\

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur

























Http://www.ipteknet.com

3.1.1 Daun Tempuyung (Soncus oleraceus L.)







Keterangan berdasarkan Pengamatan :
1.      Bagian-bagian daun          : tangkai, helaian daun, telinga daun
2.      Tata Letak daun                : Roset akar
3.      Alat tambahan                   : bunga
4.      Rumus daun                      : tidak ada





Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Diagram























Http://www.plantamor.com

3.1.2 Daun Bunga Sepatu (hibiscus rosasinensis)
Keterangan berdasarkan pengamatan :
1.      Bagian-bagian daun    : tangkai daun, helaian daun, tulang daun,
  tepi daun, pangkal daun
2.      Tata letak daun           :
3.      Alat tambahan             : bunga
4.      Rumus daun                : x =












Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Diagram
























Http://www.wikipedia.com

3.1. 3 Daun Kersen (Muntingia calabura)
Keterangan berdasarkan pengamatan :
1.      Bagian-bagian daun          : tangkai daun, batang, stipula, helaian daun
2.      Tata letak daun                 : Tersebar (folia sparsa)
3.      Alat tambahan                   : bunga, buah
4.       Rumus daun                     : x =








Gambar Pengamatan
Gambar Literatur

























Http://www.ern3.com
3. 1. 4 Daun Bunga Soka (Ixora paludosa)







Keterangan berdasarkan pengamatan :
1.      Bagian-bagian daun          : tangkai, helaian daun,
2.      Tata letak daun                 : berhadapan-bersilang (folia oposita)
3.      Alat tambahan                   : bunga,
4.      Rumus daun                      : Tidak terdapat








Gambar Pengamatan
Gambar Literatur

























Http://www.tanamanherbal.com

3.1.5 Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)







Keterangan berdasarkan pengamatan :
1.      Bagian-bagian daun          : tangkai, helaian daun
2.      Tata letak daun                 : Berhadapan-bersilang (folia oposita)
3.      Alat tambahan                   : bunga, buah
4.      Rumus daun                      : tidak terdapat








Gambar Pengamatan
Gambar Literatur

























Http://www.texnatamu.com
3.1.6 Daun Bunga Oleander (Nerium oleander)







Keterangan berdasarkan pengamatan :
1.      Bagian-bagian daun          : tangakai, helaian daun
2.      Tata letak daun                 : berkarang (folia ferticillata)
3.      Alat tambahan                   : bunga
4.      Rumus daun                      : tidak terdapat








Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Diagram
























Http://www.bugenfilforum.com











3.1.7 Daun Bunga Bugenvil (Bougenvillea spectabilis)
Keterangan berdasarkan pengamatan :
1.      Bagian-bagian daun                : tangkai, helaian daun
2.      Tata letak daun                       : Tersebar (folia sparsa)
3.      Alat tambahan                         : bunga, duri
4.      Rumus daun                            : x =         

3.2 Pembahasan
3.2.1 Daun Tempuyung (Soncus oleraceus L.)
            Tempuyung (Soncus oleraceus L.) memiliki bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun. Selain itu tempuyung juga mempunyai alat tambahan berupa bunga. Tata letak daun pada tempuyung adalah pada tiap buku hanya terdapat satu daun dan merupakan jenis tata letak dauan roset akar.
Menurut Atiek Liestyaningsih (1991), tempuyung memiliki nama lokal yang bervariasi, daun ini di kenal denga nama jombang(jawa), rayana (sunda).pada hasil pengamatan  daun ini termasuk daun tunggal dan tidak memiliki tangkai. Bangun daun memanjang, tepi daun bertoreh, pangkal daun meruncing, ujung daun runcing, susunan tulang daun bersatu dengan tulang cabang yang lain. Warna daun hijau, daging daun tipis dan lunak, sehingga helai daun mudah layu. Daun ini mudah di temukan pada tempat yang lembab atau yang lebih dingin karena tanaman ini tidak memiliki persyaratan tumbuh lainnya.
Menurut Tjitrosoepomo (2007), tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar, kadang ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 0,6 - 2 m, mengandung getah putih, dengan akar tunggang yang kuat. Batang berongga dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm, warnanya hijau muda. Daun yang keluar dari tangkai bunga bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak berjauhan, berseling. Perbungaan berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota bentuk jarum, warnanya kuning cerah, lama kelamaan menjadi merah kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima, bentuknya memanjang sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada keaneka-ragaman tumbuhan ini. Yang berdaun kecil disebut lempung, dan yang berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m disebut rayana. Batang muda dan daun walaupun rasanya pahit bisa dimakan sebagai lalap. Perbanyakan dengan biji.
3.2.2 Daun Bunga Sepatu (hibiscus rosasinensis)
            Daun bunga sepatu (hibiscus rosasinensis) memiliki bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun serta bagian daun tunggalnya. Pada bunga sepatau juga terdapat alat tambahan seperti bunga, dan tata letak daun bunga sepatu adalah pada tiap buku terdapat dua daun sehingga tata letak daunnya berhadapan bersilang. Dan pada bunga sepatu ini terdapat rumus daunnya yaitu x = . Karena daun ke 0 tegak lurus dengan daun ke 5.
            Menurut Rifai (1987), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu.Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu disebut bunga raya. Bunga ini ditetapkan sebagai bunga nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli 1960. Orang Jawa menyebutnya kembang worawari.
Menurut Sumeru (2004), bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima.Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur.Bunga berbentuk terompet dengan diameter bunga sekitar 5 cm. hingga 20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah.Tanaman berkembang biak dengan cara stek, pencangkokan, dan penempelan.
Kembang sepatu banyak dijadikan tanaman hias karena bunganya yang cantik. Bunga digunakan untuk menyemir sepatu di India dan sebagai bunga persembahan. Di Tiongkok, bunga yang berwarna merah digunakan sebagai bahan pewarna makanan. Di Indonesia, daun dan bunga digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional. Kembang sepatu yang dikeringkan juga diminum sebagai teh.Di Okinawa, Jepang digunakan sebagai tanaman pagar. Di bagian selatan Okinawa, tanaman ini disebut Gushōnu hana (後生花 ?, bunga kehidupan sesudah mati) sehingga banyak ditanam di makam (Sumeru, 2004).
3.2. 3 Daun Kersen (Muntingia calabura)
            Daun kersen (Muntingia calabura) memiliki bagian-bagian daun seperti, tangkai, helian daun dan juga bagian daun seperti daun lainnya. Selain itu terdapat alat tambahan pada kersen yaitu bunga dan buah. Tata letak daun pada kersen adalah pada tiap buku terdapat satu daun atau tata letak daun tersebar. Pada kersen terdapat rumus daun yaitu x = . Karena pada daun ke 0 tegak lurus dengan daun ke 2.
            Menurut Arief (2007), kersen atau talok adalah nama sejenis pohon dan buahnya yang kecil dan manis. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini juga dinamai ceri (untuk buah bernama ceri yang lain, lihat pada: ceri). Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah: datiles, aratiles, manzanitas (Filipina), mât sâm (Vietnam); khoom sômz, takhôb (Laos); takhop farang (Thailand); krâkhôb barang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia). Juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol); Jamaican cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris) dan nama yang tidak tepat, Japanse kers (Belanda), yang lalu dari sini diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Muntingia calabura L.
            Perdu atau pohon kecil, tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun.Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya; membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar; demikian pula daunnya. Daun-daun terletak mendatar, berseling; helaian daun tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 × 4-14 cm, sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan rontok, sementara sebelah lagi rudimenter. Bunga dalam berkas, berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan berbilangan 5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus; mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, gundul, lk. 1 cm. Benangsari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun; namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah, di bawah daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya. Buah buni bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan; terbenam dalam daging dan sari buah yang manis sekali (Arief, 2007).
3. 2. 4 Daun Bunga Soka (Ixora paludosa)
            Daun bunga soka (Ixora paludosa) memiliki bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun dan bagian daun yang mulai dari ujung hingga pangkal daun Alat tambahan pada bunga soka adalah bunga, dan tta letak daun pada bunga sokayaitu pada tiap buku terdapat dua daun sehingga tata letak daunnya adalah berhadapan bersilang. Sedang untuk rumus daunya tidak terdapat Karena bunga soka tidak dapat dihitung rumus daunnya.
Menurut Nugroho (2006), daun dari bunga soka ialah tunggal, seling berhadapan (folia opposita) lonjong, pangkal meruncing,tepi rata, ujung runcing, pertulangan menyirip. Sehingga pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan berhadapan- bersilang (folia opposita).
3.2.5 Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)
            Daun mengkudu (Morinda citrifolia) memilki bagian daun seperti tangkai, helaian daun dan juga bagian daun seperti ujung, dan juga semua yang terletak pada daun hingga pangkal. Alat tambahan pada daun mengkudu ini adalah buah. Dan tata letak daun pada mengkudu adalah pada tiap buku terdapat dua daun sehingga tata letak daunnya berhadapan bersilang.
            Menurut Bangun (2002), zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll.Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
 3.2.6 Daun Bunga Oleander (Nerium oleander)
            Daun bunga oleander (Nerium oleander) memilki bagian-bagain daun seperti tangkai, helaian daun dan juga bagian mulai darai ujung hingga pangkal sesuai bagian daun. Alat tambahan pada oleander adalah bunga dan tata letak daun pada oleander adalah pada tiap buku terdapat lebih dari dua daun sehingga tat letak dauunya berkarang.
            Menurut Tjitrosoepomo (2007), pada bunga yang tata letak daunnya berhadapan berkarang sulit ditentukan rumus daunnya. Seperti pada bunga oleander ini bunga ini memilki tata letak daun yang berkarang sehingga rumus daunnya sulit ditentukan.
3.2.7 Daun Bunga Bugenvil (Bougenvillea spectabilis)
            Daun bunga bugenvil (Bougenvillea spectabilis) memilki bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun dan juga bagian  mulai dari ujung hingga pangkal seperti tumbuhan lainnya. Alat tambahan pada bugenvil adalah bunga dan duri, sedang untuk tata letak daunnya adalah tiap buku terdapat satu daun sehingga tata letak daunnya tersebar. Untuk rumus daunnya dapat ditentukan yaitu x = .
Menurut Tjitroseopomo (2007), walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika diteliti justru akan kita jumpai hal-hal yang sangat menarik dan akan terlihat bahwa ada hal-hal yang bersifat beraturan. Misalnya pad tumbuhan bugenvil ini, terlihat batangnya berbentuk silindris, dan pada buku-bukua daunnya terlihat keteraturanantara jarak daun satu dengan daun lainnya.






BAB IV
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
1.      Daun Tempuyung (Soncus oleraceus L.) bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun, terdapat alat tambahan berupa bunga. Tata letak daun pada tiap buku hanya terdapat satu daun dan merupakan jenis tata letak daun roset akar.
2.      Daun Bunga Sepatu (hibiscus rosasinensis) bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun, terdapat alat tambahan seperti bunga,tata letak daun bunga sepatu adalah berhadapan bersilang. Rumus daunnya yaitu x = .
3.      Daun Kersen (Muntingia calabura) bagian-bagian daun seperti, tangkai, helian daun, terdapat alat tambahan yaitu bunga dan buah. Tata letak daunnya adalah tersebar. Rumus daunnya yaitu x = .
4.      Daun Bunga Soka (Ixora paludosa) bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun . Alat tambahan pada bunga soka adalah bunga, tata letak daunnya adalah berhadapan bersilang, tidak terdapat rumus daun.
5.      Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) bagian daun seperti tangkai, helaian daun. Alat tambahan pada daun mengkudu ini adalah buah, tata letak daunnya berhadapan bersilang.
6.      Daun Bunga Oleander (Nerium oleander) bagian-bagain daun seperti tangkai, helaian daun. Alat tambahan pada oleander adalah bunga, tata letak  dauunya berkarang.
7.      Daun Bunga Bugenvil (Bougenvillea spectabilis) bagian daun seperti tangkai, helaian daun. Alat tambahan pada bugenvil adalah bunga dan duri, tata letak daunnya tersebar. Rumus daunnya dapat ditentukan yaitu x = .

4.2 Saran
o   untuk pemberitahuan bahan sebaiknya lebih awal agar lebih mudah menyiapkannya
o   kalau revisi harap pemberitahuannya di percepat

















DAFTAR PUSTAKA

Ashari. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial.
Malang: Bayumedia Publishing

Bangun, A.P. 2002 . Phyllotaxis. Jakarta: Erlangga
Hariana, Arief. 2007. Tanaman Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swediya

Liestyaningsih, Atiek. 1991. Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologis Tempuyung.
Yogyakarta. Jurnal Litri. Vol 9, 12 November. 1991
Muzayyinah. 2008. Terminologi tumbuhan. Surakarta: Lpp. Universitas Negeri
Surakarta Press
Nugroho, L. Hartanto. 2006. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rifai, Mien A. dan Wijaya, EA. 1987. Kamus Biologi, Anatomi, Morfologi,
Taksonomi Botani. Jakarta: Depdikbud

Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

1 komentar:

  1. Maaf sebelumnya, untuk kutipan (Sumeru,2004) kenapa tidak dicantumkan pada daftar pustaka?

    BalasHapus