Kamis, 06 Maret 2014

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (SPT) I DAUN MAJEMUK



LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (SPT) I
DAUN MAJEMUK







 










JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri.
            Namun demikian, dalam ilmu tumbuhan yang berdiri sendiri-senidiri itu hal yang dipelajari tetap sama. Yaitu morfologi dan anatomi dari tumbuhan. Dengan adanya pegangan tersebut belum berarti, bahwa tiap bentuk dan susunan tubuh tumbuhan dapat diterangkan bagaimana filogeninya serta apa fungsinya. Masih banyak hal-hal mengenai bentuk dan susunan tubuh yang hingga kini belum dapat diterangkan, mengapa bagian-bagian tubuh tersebut mempunyai sifat yang demikian tadi. Untuk menyebut beberapa contoh saja, misalnya ukuran dan bentuk daun yang berbeda-beda.
            Bagian-bagian daun yang bermacam-macam, serta adanya klorofil pada daun tertentu pada tumbuhan. Semua itu adalah sesuatu yang memerlukan penelitian dan juga pengamatan yang jelas. Jika diperhatikan pada tumbuhan terdapat daun tunggal dan juga daun majemuk. Untuk itu pada laporan iini akan kami bahas mengenai tumbuhan yang memiliki daun majemuk.

1.2 Tujuan
            Mengenal susunan daun majemuk (Folium Compositum)









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Daun Majemuk (Folium Compositum)
            Jika kita memperhatikan daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat, bahwa ada diantara yang (Gembong,2007:49):
-          Pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun yang demikian dinamakan daun tunggal (folium simplex),
-          Tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun yang susunannya demikian disebut daun majemuk (Gembong, 2007:49)

Suatu dauan majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, yang torehnya sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun diantara toreh-toreh itu terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil yang tersendiri (Gembong, 2005: 50)
Pada suatu daun majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut;
  1. Ibu tangkai daun (petiolus communis), bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya. Yang disini masing-masing dinamakan anak daun (foliolum).
  2. Tangkai anak daun (petiolus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendudkung anak daun.
  3. anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnyaadalah bagian-bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah.
(Gembong, 2005: 51)  
Selain itu daun adalah salah satu bagian pokok tumbuhan yang berfungsi antara lain untuk melakukan fotosintesis, disamping tugas transpirasi, pertukaran gas antara tubuh tumbuhan dengan lingkungannya.untuk menunjang tugas tersebut, daun pada umumnya mempunyai bagian yang berbetuk pipih dan lebar, helaian daun. Daun tertata pada batang tumbuhan dan melekat pada buku-buku batang. Bagian antara daun dengan batang disebut ketiak daun (Sayyid, 2002:17).
Daun yang runtuh selalu diganti dengan yang baru, dan biasanya jumlah daun baru yang terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur, sehingga pada tumbuhan yang semakain besar kita dapati jumlah daun yang semakin besar pula, sehingga suatu batang pohonnampak makin lama makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada waktu tertentu menggugurkan semua daunnya, sehingga tumbuhan dalam keadaan yang demikian tadi nampak gundul sama sekali seperti tumbuhan yang mati. Peristiwa ini dapat kita lihat dalam musim kemarau pada jenis-jenis tumbuhan tertentu. Yang menjelang datangnya musim hijau akan kelihatan hijau kembali. Jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai sifat demikianitu disebut tumbuhan meranggas (tropophyta) yang banyak pula kita jumpai di indonesia. Seperti misalnya: pohon jati (Tectona grandis L.), Kedondong (Spondias dulcis Forst), Kepok randu (Ceiba pentandra Gaertn), pohon para (Hevea brasiliensis Muell), dan lain-lain (Gembong, 2007:08). 
Hal lain yang dapat dipikirkan berhubungan dengan dedaunan. Dedaunan itu sesungguhnya bukan bentuk sederhana seperti yang terlihat mata. Dedaunan, misalnya, adalah sesuatu yang rentan dan mudah rusak. Namun, daun-daun ini tidak kering kerontang karena panasnya terik sinar matahari yang menyengat. Ketika seorang manusia berada pada suhu 40oC dalam waktu yang sebentar, warna kulitnya berubah, ia menderita dehidrasi. Sebaliknya, daun mampu untuk tetap hijau di bawah panas matahari yang menyengat tanpa terbakar selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan meskipun sangat sedikit sekali jumlah air yang mengalir melalui pembuluh-pembuluhnya yang mirip benang. Ini adalah sebuah keajaiban penciptaan yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan ilmu yang tak tertandingi. .(Al imam abul fida Ismail ibnu Kasir Ad-dimasyqi;535)
Biasanya sebelum daun terlepas dari batang, dibawah lapisan pemisah terbentuk lapisan pelindung. Pada lapisan ini terjadi pengendapan zat proteksi, misalnya suberin atau getah yang dapat menghindarkan masuknya gas, air maupun berbagai organisme (Sumeru Ashari, 2004:11)
Pada pembentukan daun, perkembangan sumbu daun mendahului perkembangan helaian daun. Perkembangan daun dimulai dengan aktifitas meristem apeks dari bakal daun. Kegiatan ini menyebabkan bakal daun bertambah panjang dan tinggi. Walaupun terdapat tumbuhan yang meristem apeks daunnya dapat bekerja cukup lama, tetapi pada umumnya kegiatan meristem apekscepat merda dan pemanjangan daun disebabkan oleh aktifitas meristem interkalar. Yang terdapat didekat pangkal helaian daun, serta pemanjangan sel hasil pembelahannya(Vincent, E. Rubatzky, 1998: 17)
Dalam proses perkembangannya daun mungkin membentuk lipatan-lipatan pada kedua bagian helaiannya. Pada lipatan adeksial terbentuk jaringan pembuluh. Sedangkan pada lipatan abaksial akan terjadi pemisahan sehingga helaian terbagi menjadi anak-anak daun. Memanjangnya rakhis daun menyebabkan terpisahnya ank-anak daun tersebut. Keadaan ini terjadi antara lain pada Palmae. Karena pada perkembangannya berbeda dengan perkembangan daun majemuk maka daun ini disebut dengan daun majemuk semu. Perkembangan daun dapat pula terjadi tanpa berkembangnya meristem marginal. Jika pada perkembangan ini meristem adaksial sangat aktif, maka terbentuklah daaun silindris. Pertumbuhan radial daun seperti ini menyebabkan mesofil rusak, sehingga daun berbentuk tabung. Misalnnya pada daun Allium (Vincent, E. Rubatzky. 1998:7).

















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
3.1.1. Daun Jeruk (Citrus maxima Merr)
Gambar pengamatan
Gamabar literatur






images restodb




Keterangan berdasarkan pengamatan :
1.      Bagian-bagian daun          : - tulang daun
               - anak daun
               - tangkai daun
2.      Daun majemuk                  : menyirip (pinnatus)
3.      Daun majemuk jenis          : menyirip beranak daun satu (unifoliolatus)
3.1.2. Daun Seledri (Apium graviolens L.)
Gambar pengamatan
Gamabar literatur






images





Keterangan berdasarkan pengamatan :
  1. Bagian-bagian daun    : - tulang daun
                                                  - anak daun
                                                  - tangkai daun
  1. Daun majemuk            : menyirip (pinnatus)
  2. Daun majemuk jenis    : menyirip gasal (emparinpinatus)

3.1.3. Daun Lamtoro (Leucaena glauca Benth)

Gambar pengamatan
Gambar literatur


                      



images















Keterangan berdasarkan pengamatan :
  1. Bagian-bagian daun    : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
                                                  - tangkai anak daun (petiolus)
                                                  - anak daun (folioulum)
  1. Daun majemuk            : menyirip (pinnatus)
  2. Daun majemuk jenis    : menyirip genap ganda dua dengan sempurna

3.1.4. Daun Kapuk Randu (Ceiba petandra Gaerthn)
Gambar pengamatan
Gamabar literatur






images




Keterangan berdasarkan pengamatan :
  1. Bagian-bagian daun    : - tangkai daun
                                                  - anak daun
                                                  - tulang daun
  1. Daun majemuk            : menjari (palmatus atau dilgitatus)
  2. Daun majemuk jenis    : menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus)

3.1.5. Daun Meniran (Phyllantus niruri L.)
Gambar pengamatan
Gamabar literatur





images




Keterangan berdasarkan pengamatan :
  1. Bagian-bagian daun    : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
                                                  - tangkai anak daun (petiolus)
                                                  - anak daun (folioulum)
  1. Daun majemuk            : menyirip (folium compositum)
  2. Daun majemuk jenis    : menyirip tunggal (imparinpinatus)
3.1.6. Daun Mawar (Rosa Sp.)
Gambar pengamatan
Gamabar literatur





images ladangkecil





Keterangan berdasarkan pengamatan :
  1. Bagian-bagian daun    : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
                                                  - tangkai anak daun (petiolus)
                                                  - anak daun (folioulum)
                                                  - tulang daun
  1. Daun majemuk            : menyirip (folium compositum)
  2. Daun majemuk jenis    : menyirip gasal (imparinpinatus)

3.1.7. Daun Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Sw.)
Gambar pengamatan
Gamabar literatur





images







Keterangan berdasarkan pengamatan :
  1. Bagian-bagian daun    : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
                                                  - tangkai anak daun (petiolus)
                                                  - anak daun (folioulum)
  1. Daun majemuk            : menyirip genap
  2. Daun majemuk jenis    : menyirip genap ganda dua dengan sempurna

3.1.8. Daun Putri Malu (Mimosa pudica L.)
Gambar pengamatan
Gamabar literatur





images












Keterangan berdasarkan pengamatan :                                                                          
  1. Bagian-bagian daun    : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
                                                  - tangkai anak daun (petiolus)
                                                  - anak daun (folioulum)
  1. Daun majemuk            : campuran (digitatopinatus)
  2. Daun majemuk jenis    : campuran (digitatopinatus)

3.2. Pembahasan
            Belum begitu banyak daun majemuk yang dapat kita ketahui, misalnya daun pada kacang kapri (Pisum sativum L.), Pinang (Areca cotechu L.), Bilimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). itu adalah beberapa jenis tumbuhan yang mungkin sering kita melihatnya, namun untuk tahu lebih jauh mengenai jenis daunnya belum sama sekali. Yang kita ketahui mungkin sekedar bentuk daun, tulang daun, daging daun. Hanya ilmu dasarnya saja yang baru kita ketahui. Sehingga dalam praktikum ini akan dibahas lebih jauh mengenai jenis daun majemuk.
3.2.1.      Daun jeruk (Citrus maxima Merr)
Daun jeruk (Citrus maxima Merr), daun  ini memiliki bagian-bagian tersendiri pada helaiannya. Yaitu tangkai daun, anak daun, tulang daun. Sedang untuk jenisnya adalah daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolus). Daun jeruk adalah jenis daun majemuk menyirip beranak daun satu. Adapun bagian-bagian dari daun jeruk adalah. Anak daun (foliolum), dan tangkai daun (petiolus). Selain itu daun jeru juga memiliki tulang daun yang menyirip, tepi daun yang beringgit, serta anak daun yang sesunggunya adalah bakal daun namun tidak jadi. Daun jeruk sangat banyak manfaatnya, terutama dalam hal memasak.
Tanaman jeruk diduga berasal dri suatu kawasan yang sangat luas, mulai dari daratan India,Cina Selatan, Australia Utara, dan Selandia Baru. Kini tanaman tersebut telah menyebar keseluruh dunia baik didaerah tropis maupun subtropis dikedua belahan bumi. Selain kultivar yang sudah dibudidayakan oleh masyarakat luas, di beberapa tempat, masih ditemukan beberapa jenis jeruk liar. Buah jeruk pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar, selain itu ada yang daunnya digunakan sebagai bumbu masakan (Rifai, 1987).
Jeruk rempah ini termasuk ke dalam subgenus Papeda, berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya, sehingga penampilannya mudah dikenali. Tumbuhannya berbentuk pohon kecil (perdu). Rantingnya berduri. Daun berbentuk khas, seperti dua helai yang tersusun vertikal akibat pelekukan tepinya yang ekstrem; tebal dan permukaannya licin, agak berlapis malam. Daun muda dapat berwarna ungu yang kuat. Buahnya kecil, biasanya tidak pernah berdiameter lebih daripada 2cm, membulat dengan tonjolan-tonjolan dan permukaan kulitnya kasar; kulit buah tebal. Perbanyakan dilakukan dengan biji atau dengan pencangkokan (Sumeru,2004)
Dalam dunia boga Asia Tenggara penggunaannya cukup sering dan rasa sari buahnya yang masam biasanya digunakan sebagai penetral bau amis daging atau ikan untuk mencegah rasa mual, seperti pada siomay. Ikan yang sudah dibersihkan biasanya ditetesi perasan buahnya untuk mengurangi aroma amis. Daun jeruk purut juga banyak dipakai . Potongannya dicampurkan pada bumbu pecel atau juga gado-gado untuk mengharumkan (Vincent, 1998)
Sebagai bumbu masak, daun maupun buah jeruk purut sukar dicari penggantinya. Kulit jeruk nipis dapat dipakai apabila terpaksa. Daunnya dapat dikeringkan untuk dipakai pada waktu mendatang namun hanya bertahan kurang dari setahun. Cara pengawetan lain yang lebih awet adalah dengan dibekukan (Arief, 2007)
3.2.2. Daun Seledri (Apium graviolens L.)
Daun seledri (Apium graviolens L.), daun ini juga memiliki bagian-bagiannya sendiri. Namun untuk mengetahui yang mana anak daun sangat sulit, karena daun ini terkadang mirip dengan daun tunggal. Sedangkan untuk jenis daunnya adalah majemuk menyirip gasal (inparinpinnatus)
Seledri (Apium graveolens) dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Tumbuhan seledri dikatageorikan sebagai sayuran, perkebunan seledri di Indonesia terdapat di Brastagi, Sumatera Utara dan di Jawa Barat tersebar di Pacet, Pangalengan dan Cipanas yang berhawa sejuk. Tumbuhan berbonggol dan memiliki batang basah bersusun ini, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dan diantaranya seledri yang umbinya dapat dimakan. Di Indonesia daun seledri dimanfaatkan untuk pelengkap sayuran (mis. untuk sup). Bagi bangsa Romawi Kuno tumbuhan seledri digunakan sebagai karangan bunga. Menurut ahli sejarah botani, daun seledri telah dimanfaatkan sebagai sayuran sejak abad XZII atau tahun 1640, dan diakui sebagai tumbuhan berkhasiat obat secara ilmiah baru pada tahun 1942. Pengembangbiakan tanaman seledri dapat digunakan 2 cara, yaitu melalui bijinya atau pemindahan anak rumpunnya (Vincent, 1998)
            Daun yang tumbuh dalam pola roset adalah daun majemuk menyirip dengan lima atau tujuh anak daun. Dan melekat pada batang dengan tangkai daun panjang berdaging. Anak-anak daun mejemuk ternate dan terbagi lebih lanjut berulang-kali. Tangkai daun tegak dan lebar dengan pangkal melingkup atau membentuk tulang dan tangkai daun yang lebih muda lebih lembut (Gembong, 2007)
            Tangkai daun tidak berbulu, potongan melintangnya berbentuk bulan sabit, dengan urat tangkai yang terlihat jelas pada permukaan bawah yang halus pad permukaan atasnya. Terbentuknya urat tangkai daun disebabkan oleh ikatan kolenkimayang terpisah pad sisi bawah(abaksial). Jaringan kolenkima sangat kuat, empat kali lebih kuat dari pada jaringan pembuluh (vaskular). Ikatan pembuluh memberikan kekuatan pada tangkai daun, dan memberikan tekstur berserat. Ikatan pembuluh dan benang kolenkima secara bersama-sama menyebabkan tangkai daun seledri bertali (Arief, 2007)
3.2.3. Daun Lamtoro (Leucaena glauca Benth)
Daun lamtoro (Leucaena glauca Benth) daun ini memiliki ibu tangkai dan tangkai anak daun, sedang anak daunnya terletak pada ujung tangkai anak daun. Daun  ini adalah salah satu jenis daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna.
Sejak lama lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, pencegah erosi, sumber kayu bakar dan pakan ternak. Di tanah-tanah yang cukup subur, lamtoro tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ukuran dewasanya (tinggi 13—18 m) dalam waktu 3 sampai 5 tahun. Tegakan yang padat (lebih dari 5000 pohon/ha) mampu menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60 m³ perhektare pertahun. Pohon yang ditanam sendirian dapat tumbuh mencapai gemang 50 cm (Toekidjo, 2009)
Daun-daun dan ranting muda lamtoro merupakan pakan ternak dan sumber protein yang baik, khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki tingkat ketercernaan 60 hingga 70% pada ruminansia, tertinggi di antara jenis-jenis polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropis lainnya. Lamtoro yang ditanam cukup rapat dan dikelola dengan baik dapat menghasilkan hijauan dalam jumlah yang tinggi. Namun pertanaman campuran lamtoro (jarak tanam 5—8 m) dengan rumput yang ditanam di antaranya, akan memberikan hasil paling ekonomis(Toekidjo, 2009)
Ternak sapi dan kambing menghasilkan pertambahan bobot yang baik dengan komposisi hijauan pakan berupa campuran rumput dan 20—30% lamtoro. Meskipun semua ternak menyukai lamtoro, akan tetapi kandungan yang tinggi dari mimosin dapat menyebabkan kerontokan rambut pada ternak non-ruminansia. Mimosin, sejenis asam amino, terkandung pada daun-daun dan biji lamtoro hingga sebesar 4% berat kering. Pada ruminansia, mimosin ini diuraikan di dalam lambungnya oleh sejenis bakteria, Synergistes jonesii. Pemanasan dan pemberian garam besi-belerang pun dapat mengurangi toksisitas mimosin (Rubaztky, 1998)
3.2.4. Daun Kapuk randu (Ceiba petandra Gaerthn)
Daun kapuk randu (Ceiba petandra Gaerthn) daun ini memiliki anak daun pada pangkalnya, terkadang jumlahnya sepasang kadang juga tidak. Daun ini adalah jenis daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolotus).
Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C. pentandra var. guineensis) berasal dari sebelah barat Afrika. Kata "kapuk" atau "kapok" juga digunakan untuk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Juga disebut sebagai Ceiba, nama genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi bangsa Maya (Sumeru, 2004)
Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat memiliki batang pohon yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m.Pohon ini banyak ditanam di Asia, terutama di pulau Jawa, Malaysia, Filipina, dan Amerika Selatan. Di Bogor terdapat jalan yang di sepanjang tepinya dinaungi pohon kapuk. Pada saat buahnya merekah suasana di jalanan menyerupai hujan salju karena serat kapuk yang putih beterbangan di jalan, maka akan tertutupi oleh kapuk tersebut (Gembong, 2007)
3.2.5 Daun Meniran (Phyllantus niruri L.)
Daun meniran (Phyllantus neruri L.) bagian-bagian dari daun ini adalah ibu tangkai daun (petiolus comunis), tangkai anak daun (petiolus), anak daun (folioulum). Sedangkan jenisnya adalah jenis daun majemuk menyirip tunggal.
Meniran disebut Phyllanthusurinaria Linn. untuk yang batangnya berwarna hijau kemerahan, atau Phyllanthus niruri untuk yang batangnya berwarna pucat. Termasuk dalam famili tumbuhan Euphorbiaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah Memeniran atau meniran merah. Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui, antara lain : lignan (Filantin, hipofilantin, nirantin, lintetratin), flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutin, kaempferol-4, rhamnopynoside), alkaloid, triterpenoid, asam lemak (asam ricinoleat, asam linoleat, asam linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin, geraniin, phyllanthin dan hypophyllanthin (Arief, 2007).
Meniran dapat ditemukan di tempat yang lembab dan berbatu, seperti disepanjang saluran air, semak-semak dan tanah terlantar di antara rerumputan. Tumbuhan ini bisa ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Terna, semusim, tumbuh tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang-cabang. Batang berwarna hijau pucat (P. niruri) atau hijau kemerahan. Daun tunggal, letak berseling. Helaian daun bundar telur sampai bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik kelenjang, tepi rata, panjang sekitar 1.5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau. Dalam 1 tanaman ada bunga betina dan bunga jantan. Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun. Buahnya buah kotak, bulat pipih, licin, bergaris tengah 2-2,5 mm. Bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal, berwarna coklat (Toekijdjo, 2009).
            Daun meniran berjenis daun majemuk gasal, dikarenakan jumlah anak daun yang ditemukan benar-benar gasal dan berpasangan, sedang di ujung ibu tangkai terdapat anak daun yang sendiri (Gembong, 2007).
3.2.6. Daun Mawar (Rosa Sp.)
Daun mawar (Rosa Sp) daun ini unik, selain memiliki ibu tangkai juga memiliki tepi yang jika diraba seolah-olah terdapat duri. Sedang yang kita tahu duri hanya pada tangkainya. Daun ini adalah salah satu jenis daun majemuk menyirip gasal (inparinpinnatus).
Mawar adalah tanaman semak dari genus Rosa sekaligus nama bunga yang dihasilkan tanaman ini. Mawar liar yang terdiri lebih dari 100 spesies kebanyakan tumbuh di belahan bumi utara yang berudara sejuk. Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai 20 meter (Arief, 2007).
Sebagian besar spesies mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15 cm, dua-dua berlawanan (pinnate). Daun majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau 13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah. Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (Gembong, 2007).
3.2.7 Daun Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Sw.)
Daun kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Sw) daun ini hampir sama dengan daun lamtoro, karena bagian dan juga jenisnya sama. Yang membedakan daun kembang merak agak besar. Jenis daun ini adalah daun menyirip genap ganda dua dengan sempurna.
Bunga kembang merak memiliki rasa manis, tawar, dan bersifat netral. Beberapa bahan kimia yang terkandung pada bunga kembang merak diantaranya tanin, gallic acid, resin, zat merah, dan benzoic acid. Pada daunnya terkandung alkoloid, saponin, tanin, glucoside, dan calcium oksalat. Sementara pada kulit kayu terkandung plumbagin, lambagol, tanin, zat samak, alkolid, saponin, dan kalsium oksalat (Arief, 2007).
            Sedangkan jenis daun kembang merak ini adalah jenis daun majemuk menyirip ganda dua dengan sempurna. Jenis daunnya hampir sama dengan daun lamtoro yaitu terlihat pada anak daun yang duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai dan tidak ada satu anak daun-pun yang duduk pada ibu tangkai (Gembong, 2007).
3.2.8 Daun Putri malu (Mimosa pudica L.)
Daun putri malu (Mimosa pudica L.) daun ini memiliki bagian yang sama dengan jenis daun-daun yang lainnya. Yang membedakan hanya jenis daunnnya, yaitu daun mejemuk campuran.
            Sebagian besar di antara kita pasti mengenal tanaman putri malu. ini karena di banding tanaman lain. putri malu sangatlah mudah di tumukan.di samping itu,putri malu juga mudahdi kenali karena ciri khasnya yg sangat unik. Perhatikan saja sifat daunnya. daun putri malu langsung menguncup begitu kita sentuh. dan karena sifat itulah,dia tidak hanya di kenal dengan nama putri malu, tapi juga si kejut atau sensitive plant. Sayang sekali, tanaman itu belum banyak menarik perhatian masyarakat,untuk memanfaatkan khasiatnya bagi kesehatan.padahal, khasiatnya cukup banyak.seperti untuk obat anti infeksi saluran pernapasan,herpes,infeksi kulit, diare, asma, pembengkakan karena luka bahkan insomania. Ketidakpedulian orang akan putri malu, mungkin di sebabkan karena sampai sekarang,tanaman ini tumbuh liar. Dan memang, penggunaannya kurang populer.padahal,karena tumbuh di sembarang tempat itulah tanaman itu berarti memenuhi persyaratan untuk di teliti lebih intensif selama ini, penggunaan putri malu sebagai obat tradisional memang hanya berdasarkan pengalaman yg di wariskan secara turun menurun (Arief, 2007).
            Daun putri malu adalah jenis daun majemuk campuran, karena daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-cabang ibu tangkai ini terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip (Gembong, 2007).














BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
1.      Daun jeruk (Citrus maxima Merr) bagian-bagiannya adalah  tulang daun, anak daun, tangkai daun, ujung daun, dan tepi daun. Sedang untuk jenisnya daun ini adalah daun majemuk menyirip (pinnatus), dan termasuk kedalam jenis daun majemuk menyirip beranak daun satu (uifoliolatus)
2.      Daun seledri (Apium graviolens L.) bagian-bagian dari daun ini adalah tulang daun, anak daun, tangkai daun, ujung daun dan tepi daun. Daun seledri termasuk jenis daun majemuk menyirip (pinnatus) dan merupakan jenis daun majemuk menyirip gasal (emparinpinatus)
3.      Daun lamtoro (Laucaena glauca Benth) bagian-bagian dari daun lamtoro adalah  ibu tangkai daun (petioles comunis), tangkai anak daun (petiolus), dan anak daun (folioulum). Daun lamtoro termasuk jenis daun majemuk menyirip (pinnatus) dan masuk kedalam jenis daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna.
4.      Daun kapuk randu (Ceiba petandra Gaerthn) bagian-bagian daun kapuk randu, tangkai daun, anak daun, dan tulang daun. Daun kapuk randu termasuk jenis daun majemuk menari (palmatus atau dilgitatus), dan masuk kedalam jenis daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus).
5.      Daun meniran (Phyllantus niruri L.) bagian-bagian daun meniran, ibu tangkai daun (petioles comunis), tangkai anak daun (petiolus), anak daun (folioulum). Daun meniran termasuk jenis daun majemuk menyirip (foliolum copositum), dan masuk kedalam jenis daun majemuk menyirip gasal (imparinpinatus)
6.      Daun mawar (Rosa Sp) bagian bagian daun mawar, ibu tangkai daun (petioles comunis) tangkai anak daun (petiolus), anak daun (folioulum), dan tulang daun. Daun mawar termasuk jenis daun majemuk menyirip (folium compositum) dan masuk kedalam jenis daun majemuk menyirip gasal (imparinpinatus)
7.      Daun kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Sw.) bagian-bagian daun kembang merak, ibu tangkai daun (petioles comunis), tangkai anak daun (petiolus), anak daun (folioulum). Daun kembang merak termasuk jenis daun menyirip (folium compositum), dan masuk kedalam jenis daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna
8.      Daun putri malu (Mimosa pudica L.) bagian-bagian daun putri malu, ibu tangkai daun (petiolus comunis), tangkai anak daun (petiolus), anak daun (folioulum). Daun putri malu termasuk jenis daun majemuk campuran (digitatopinatus). 
4.2 Saran
§  Untuk menjelaskan praktikum tolong jangan terlalu cepat dan mohon agak jelas lagi.






















DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumeru. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial. Malang:
            Bayumedia Publishing
Hariana, Arief. 2007. Tanaman Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swediya

Martoredjo, Toekijo. 2009. Ilmu Penyakit Pasca Panen. Jakarta: Bumi Aksara

Muzayyinah. 2008. Terminologi tumbuhan. Surakarta: Lpp. Universitas Negeri Surakarta
Press
Rifai, Mien A. dan Wijaya, EA. 1987. Kamus Biologi, Anatomi, Morfologi, Taksonomi
Botani. Jakarta: Depdikbud

Rubatzky, E. Vincent. 1999. Sayuran Dunia 3. Bandung: ITB

Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Sayyid, Quthub. 2002. Tafsir Zhilalil Quran di bawah Naungan Al-Quran Jilid Iv. Jakarta:
Gema press insani










2 komentar:

  1. apakah boleh minta penjelasan melalui gambar. untuk tanaman seledri

    BalasHapus
  2. apakah boleh minta penjelasan melalui gambar. untuk tanaman seledri

    BalasHapus