LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (SPT) I
DAUN MAJEMUK
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang
telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan
yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang ini
telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri.
Namun demikian, dalam ilmu tumbuhan
yang berdiri sendiri-senidiri itu hal yang dipelajari tetap sama. Yaitu
morfologi dan anatomi dari tumbuhan. Dengan adanya pegangan tersebut belum
berarti, bahwa tiap bentuk dan susunan tubuh tumbuhan dapat diterangkan
bagaimana filogeninya serta apa fungsinya. Masih banyak hal-hal mengenai bentuk
dan susunan tubuh yang hingga kini belum dapat diterangkan, mengapa
bagian-bagian tubuh tersebut mempunyai sifat yang demikian tadi. Untuk menyebut
beberapa contoh saja, misalnya ukuran dan bentuk daun yang berbeda-beda.
Bagian-bagian daun yang
bermacam-macam, serta adanya klorofil pada daun tertentu pada tumbuhan. Semua
itu adalah sesuatu yang memerlukan penelitian dan juga pengamatan yang jelas.
Jika diperhatikan pada tumbuhan terdapat daun tunggal dan juga daun majemuk.
Untuk itu pada laporan iini akan kami bahas mengenai tumbuhan yang memiliki
daun majemuk.
1.2 Tujuan
Mengenal susunan daun majemuk
(Folium Compositum)
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Daun
Majemuk (Folium Compositum)
Jika kita memperhatikan daun
berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat, bahwa ada diantara yang
(Gembong,2007:49):
-
Pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian
daun saja. Daun yang demikian dinamakan daun tunggal (folium simplex),
-
Tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada
cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disini pada satu tangkai
terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun yang susunannya demikian disebut
daun majemuk (Gembong, 2007:49)
Suatu dauan majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, yang
torehnya sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun diantara toreh-toreh itu
terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil yang
tersendiri (Gembong, 2005: 50)
Pada suatu daun majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut;
- Ibu tangkai daun (petiolus communis), bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya. Yang disini masing-masing dinamakan anak daun (foliolum).
- Tangkai anak daun (petiolus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendudkung anak daun.
- anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnyaadalah bagian-bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah.
(Gembong, 2005: 51)
Selain itu daun adalah salah
satu bagian pokok tumbuhan yang berfungsi antara lain untuk melakukan
fotosintesis, disamping tugas transpirasi, pertukaran gas antara tubuh tumbuhan
dengan lingkungannya.untuk menunjang tugas tersebut, daun pada umumnya mempunyai
bagian yang berbetuk pipih dan lebar, helaian daun. Daun tertata pada batang
tumbuhan dan melekat pada buku-buku batang. Bagian antara daun dengan batang
disebut ketiak daun (Sayyid, 2002:17).
Daun yang runtuh selalu
diganti dengan yang baru, dan biasanya jumlah daun baru yang terbentuk melebihi
jumlah daun yang gugur, sehingga pada tumbuhan yang semakain besar kita dapati
jumlah daun yang semakin besar pula, sehingga suatu batang pohonnampak makin
lama makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada waktu tertentu
menggugurkan semua daunnya, sehingga tumbuhan dalam keadaan yang demikian tadi
nampak gundul sama sekali seperti tumbuhan yang mati. Peristiwa ini dapat kita
lihat dalam musim kemarau pada jenis-jenis tumbuhan tertentu. Yang menjelang
datangnya musim hijau akan kelihatan hijau kembali. Jenis-jenis tumbuhan yang
mempunyai sifat demikianitu disebut tumbuhan meranggas (tropophyta) yang banyak
pula kita jumpai di indonesia. Seperti misalnya: pohon jati (Tectona grandis
L.), Kedondong (Spondias dulcis Forst), Kepok randu (Ceiba
pentandra Gaertn), pohon para (Hevea brasiliensis Muell), dan lain-lain
(Gembong, 2007:08).
Hal lain yang dapat dipikirkan berhubungan dengan dedaunan. Dedaunan itu
sesungguhnya bukan bentuk sederhana seperti yang terlihat mata. Dedaunan,
misalnya, adalah sesuatu yang rentan dan mudah rusak. Namun, daun-daun ini
tidak kering kerontang karena panasnya terik sinar matahari yang menyengat.
Ketika seorang manusia berada pada suhu 40oC dalam waktu yang sebentar, warna
kulitnya berubah, ia menderita dehidrasi. Sebaliknya, daun mampu untuk tetap
hijau di bawah panas matahari yang menyengat tanpa terbakar selama
berhari-hari, bahkan berbulan-bulan meskipun sangat sedikit sekali jumlah air
yang mengalir melalui pembuluh-pembuluhnya yang mirip benang. Ini adalah sebuah
keajaiban penciptaan yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu
dengan ilmu yang tak tertandingi. .(Al imam abul fida Ismail ibnu Kasir
Ad-dimasyqi;535)
Biasanya sebelum daun terlepas dari batang, dibawah lapisan pemisah
terbentuk lapisan pelindung. Pada lapisan ini terjadi pengendapan zat proteksi,
misalnya suberin atau getah yang dapat menghindarkan masuknya gas, air maupun
berbagai organisme (Sumeru Ashari, 2004:11)
Pada pembentukan daun, perkembangan sumbu daun mendahului perkembangan
helaian daun. Perkembangan daun dimulai dengan aktifitas meristem apeks dari
bakal daun. Kegiatan ini menyebabkan bakal daun bertambah panjang dan tinggi.
Walaupun terdapat tumbuhan yang meristem apeks daunnya dapat bekerja cukup
lama, tetapi pada umumnya kegiatan meristem apekscepat merda dan pemanjangan
daun disebabkan oleh aktifitas meristem interkalar. Yang terdapat didekat
pangkal helaian daun, serta pemanjangan sel hasil pembelahannya(Vincent, E.
Rubatzky, 1998: 17)
Dalam proses perkembangannya daun mungkin membentuk lipatan-lipatan pada
kedua bagian helaiannya. Pada lipatan adeksial terbentuk jaringan pembuluh.
Sedangkan pada lipatan abaksial akan terjadi pemisahan sehingga helaian terbagi
menjadi anak-anak daun. Memanjangnya rakhis daun menyebabkan terpisahnya
ank-anak daun tersebut. Keadaan ini terjadi antara lain pada Palmae. Karena
pada perkembangannya berbeda dengan perkembangan daun majemuk maka daun ini
disebut dengan daun majemuk semu. Perkembangan daun dapat pula terjadi tanpa
berkembangnya meristem marginal. Jika pada perkembangan ini meristem adaksial
sangat aktif, maka terbentuklah daaun silindris. Pertumbuhan radial daun
seperti ini menyebabkan mesofil rusak, sehingga daun berbentuk tabung.
Misalnnya pada daun Allium (Vincent, E. Rubatzky. 1998:7).
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Pengamatan
3.1.1. Daun
Jeruk (Citrus maxima Merr)
Gambar
pengamatan
|
Gamabar
literatur
|
![]() |
Keterangan berdasarkan pengamatan :
1. Bagian-bagian
daun : - tulang daun
- anak daun
- tangkai daun
2. Daun
majemuk : menyirip (pinnatus)
3. Daun
majemuk jenis : menyirip beranak
daun satu (unifoliolatus)
3.1.2. Daun
Seledri (Apium graviolens L.)
Gambar
pengamatan
|
Gamabar
literatur
|
![]() |
Keterangan berdasarkan pengamatan :
- Bagian-bagian daun : - tulang daun
- anak daun
- tangkai daun
- Daun majemuk : menyirip (pinnatus)
- Daun majemuk jenis : menyirip gasal (emparinpinatus)
3.1.3. Daun
Lamtoro (Leucaena glauca Benth)
Gambar
pengamatan
|
Gambar
literatur
|
![]() |
Keterangan berdasarkan pengamatan :
- Bagian-bagian daun : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
- tangkai anak daun (petiolus)
- anak daun (folioulum)
- Daun majemuk : menyirip (pinnatus)
- Daun majemuk jenis : menyirip genap ganda dua dengan sempurna
3.1.4. Daun
Kapuk Randu (Ceiba petandra Gaerthn)
Gambar
pengamatan
|
Gamabar
literatur
|
![]() |
Keterangan berdasarkan pengamatan :
- Bagian-bagian daun : - tangkai daun
- anak daun
- tulang daun
- Daun majemuk : menjari (palmatus atau dilgitatus)
- Daun majemuk jenis : menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus)
3.1.5. Daun
Meniran (Phyllantus niruri L.)
Gambar
pengamatan
|
Gamabar
literatur
|
![]() |
Keterangan berdasarkan pengamatan :
- Bagian-bagian daun : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
- tangkai anak daun (petiolus)
- anak daun (folioulum)
- Daun majemuk : menyirip (folium compositum)
- Daun majemuk jenis : menyirip tunggal (imparinpinatus)
3.1.6. Daun
Mawar (Rosa Sp.)
Gambar
pengamatan
|
Gamabar
literatur
|
![]() |
Keterangan berdasarkan pengamatan :
- Bagian-bagian daun : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
- tangkai anak daun (petiolus)
- anak daun (folioulum)
- tulang daun
- Daun majemuk : menyirip (folium compositum)
- Daun majemuk jenis : menyirip gasal (imparinpinatus)
3.1.7. Daun
Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Sw.)
Gambar
pengamatan
|
Gamabar
literatur
|
![]() |
Keterangan berdasarkan pengamatan :
- Bagian-bagian daun : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
- tangkai anak daun (petiolus)
- anak daun (folioulum)
- Daun majemuk : menyirip genap
- Daun majemuk jenis : menyirip genap ganda dua dengan sempurna
3.1.8. Daun
Putri Malu (Mimosa pudica L.)
Gambar pengamatan
|
Gamabar literatur
|
![]() |
Keterangan berdasarkan pengamatan :
- Bagian-bagian daun : - ibu tangkai daun (petiolus comunis)
- tangkai anak daun (petiolus)
- anak daun (folioulum)
- Daun majemuk : campuran (digitatopinatus)
- Daun majemuk jenis : campuran (digitatopinatus)
3.2. Pembahasan
Belum begitu banyak daun majemuk
yang dapat kita ketahui, misalnya daun pada kacang kapri (Pisum sativum L.),
Pinang (Areca cotechu L.), Bilimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
itu adalah beberapa jenis tumbuhan yang mungkin sering kita melihatnya, namun
untuk tahu lebih jauh mengenai jenis daunnya belum sama sekali. Yang kita
ketahui mungkin sekedar bentuk daun, tulang daun, daging daun. Hanya ilmu
dasarnya saja yang baru kita ketahui. Sehingga dalam praktikum ini akan dibahas
lebih jauh mengenai jenis daun majemuk.
3.2.1. Daun
jeruk (Citrus maxima Merr)
Daun jeruk (Citrus maxima Merr), daun ini memiliki bagian-bagian tersendiri pada
helaiannya. Yaitu tangkai daun, anak daun, tulang daun. Sedang untuk jenisnya
adalah daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolus). Daun jeruk adalah
jenis daun majemuk menyirip beranak daun satu. Adapun bagian-bagian dari daun
jeruk adalah. Anak daun (foliolum), dan tangkai daun (petiolus). Selain itu
daun jeru juga memiliki tulang daun yang menyirip, tepi daun yang beringgit,
serta anak daun yang sesunggunya adalah bakal daun namun tidak jadi. Daun jeruk
sangat banyak manfaatnya, terutama dalam hal memasak.
Tanaman jeruk diduga berasal dri suatu kawasan yang sangat luas, mulai
dari daratan India,Cina Selatan, Australia Utara, dan Selandia Baru. Kini
tanaman tersebut telah menyebar keseluruh dunia baik didaerah tropis maupun
subtropis dikedua belahan bumi. Selain kultivar yang sudah dibudidayakan oleh
masyarakat luas, di beberapa tempat, masih ditemukan beberapa jenis jeruk liar.
Buah jeruk pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar, selain itu ada yang
daunnya digunakan sebagai bumbu masakan (Rifai, 1987).
Jeruk rempah ini termasuk ke dalam subgenus Papeda, berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya, sehingga
penampilannya mudah dikenali. Tumbuhannya berbentuk pohon kecil (perdu). Rantingnya
berduri. Daun berbentuk khas, seperti dua helai yang tersusun vertikal akibat
pelekukan tepinya yang ekstrem; tebal dan permukaannya licin, agak berlapis malam.
Daun muda dapat berwarna ungu yang kuat. Buahnya kecil, biasanya tidak pernah
berdiameter lebih daripada 2cm, membulat dengan tonjolan-tonjolan dan permukaan
kulitnya kasar; kulit buah tebal. Perbanyakan dilakukan dengan biji atau dengan
pencangkokan (Sumeru,2004)
Dalam dunia boga Asia Tenggara penggunaannya cukup sering dan rasa sari
buahnya yang masam biasanya digunakan sebagai penetral bau amis daging atau
ikan untuk mencegah rasa mual, seperti pada siomay. Ikan yang sudah dibersihkan
biasanya ditetesi perasan buahnya untuk mengurangi aroma amis. Daun jeruk purut
juga banyak dipakai . Potongannya dicampurkan pada bumbu pecel atau juga gado-gado
untuk mengharumkan (Vincent, 1998)
Sebagai bumbu masak, daun maupun buah jeruk purut sukar dicari
penggantinya. Kulit jeruk nipis dapat dipakai apabila terpaksa. Daunnya dapat
dikeringkan untuk dipakai pada waktu mendatang namun hanya bertahan kurang dari
setahun. Cara pengawetan lain yang lebih awet adalah dengan dibekukan (Arief,
2007)
3.2.2. Daun
Seledri (Apium graviolens L.)
Daun seledri (Apium graviolens
L.), daun ini juga memiliki bagian-bagiannya sendiri. Namun untuk
mengetahui yang mana anak daun sangat sulit, karena daun ini terkadang mirip
dengan daun tunggal. Sedangkan untuk jenis daunnya adalah majemuk menyirip
gasal (inparinpinnatus)
Seledri (Apium graveolens) dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun
tinggi. Tumbuhan seledri dikatageorikan sebagai sayuran, perkebunan seledri di
Indonesia terdapat di Brastagi, Sumatera Utara dan di Jawa Barat tersebar di
Pacet, Pangalengan dan Cipanas yang berhawa sejuk. Tumbuhan berbonggol dan
memiliki batang basah bersusun ini, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis dan diantaranya seledri yang umbinya dapat dimakan. Di Indonesia
daun seledri dimanfaatkan untuk pelengkap sayuran (mis. untuk sup). Bagi bangsa
Romawi Kuno tumbuhan seledri digunakan sebagai karangan bunga. Menurut ahli
sejarah botani, daun seledri telah dimanfaatkan sebagai sayuran sejak abad XZII
atau tahun 1640, dan diakui sebagai tumbuhan berkhasiat obat secara ilmiah baru
pada tahun 1942. Pengembangbiakan tanaman seledri dapat digunakan 2 cara, yaitu
melalui bijinya atau pemindahan anak rumpunnya (Vincent, 1998)
Daun yang tumbuh dalam pola roset
adalah daun majemuk menyirip dengan lima atau tujuh anak daun. Dan melekat pada
batang dengan tangkai daun panjang berdaging. Anak-anak daun mejemuk ternate
dan terbagi lebih lanjut berulang-kali. Tangkai daun tegak dan lebar dengan
pangkal melingkup atau membentuk tulang dan tangkai daun yang lebih muda lebih
lembut (Gembong, 2007)
Tangkai daun tidak berbulu, potongan
melintangnya berbentuk bulan sabit, dengan urat tangkai yang terlihat jelas
pada permukaan bawah yang halus pad permukaan atasnya. Terbentuknya urat tangkai
daun disebabkan oleh ikatan kolenkimayang terpisah pad sisi bawah(abaksial).
Jaringan kolenkima sangat kuat, empat kali lebih kuat dari pada jaringan
pembuluh (vaskular). Ikatan pembuluh memberikan kekuatan pada tangkai daun, dan
memberikan tekstur berserat. Ikatan pembuluh dan benang kolenkima secara
bersama-sama menyebabkan tangkai daun seledri bertali (Arief, 2007)
3.2.3. Daun
Lamtoro (Leucaena glauca Benth)
Daun lamtoro (Leucaena glauca
Benth) daun ini memiliki ibu tangkai dan tangkai anak daun, sedang anak
daunnya terletak pada ujung tangkai anak daun. Daun ini adalah salah satu jenis daun majemuk
menyirip genap ganda dua dengan sempurna.
Sejak lama lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, pencegah erosi,
sumber kayu bakar dan pakan ternak. Di tanah-tanah yang cukup subur, lamtoro
tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ukuran dewasanya (tinggi 13—18 m) dalam
waktu 3 sampai 5 tahun. Tegakan yang padat (lebih dari 5000 pohon/ha) mampu
menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60 m³ perhektare pertahun. Pohon yang
ditanam sendirian dapat tumbuh mencapai gemang 50 cm (Toekidjo, 2009)
Daun-daun dan
ranting muda lamtoro merupakan pakan ternak dan sumber protein yang baik,
khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki tingkat ketercernaan 60 hingga
70% pada ruminansia, tertinggi di antara jenis-jenis polong-polongan dan
hijauan pakan ternak tropis lainnya. Lamtoro yang ditanam cukup rapat dan
dikelola dengan baik dapat menghasilkan hijauan dalam jumlah yang tinggi. Namun
pertanaman campuran lamtoro (jarak tanam 5—8 m) dengan rumput yang ditanam di
antaranya, akan memberikan hasil paling ekonomis(Toekidjo, 2009)
Ternak sapi dan kambing menghasilkan pertambahan bobot yang baik dengan
komposisi hijauan pakan berupa campuran rumput dan 20—30% lamtoro. Meskipun semua ternak menyukai lamtoro,
akan tetapi kandungan yang tinggi dari mimosin dapat menyebabkan kerontokan
rambut pada ternak non-ruminansia. Mimosin, sejenis asam amino, terkandung pada
daun-daun dan biji lamtoro hingga sebesar 4% berat kering. Pada ruminansia, mimosin ini diuraikan di dalam
lambungnya oleh sejenis bakteria, Synergistes
jonesii. Pemanasan dan pemberian garam besi-belerang pun dapat mengurangi toksisitas
mimosin (Rubaztky, 1998)
3.2.4. Daun
Kapuk randu (Ceiba petandra Gaerthn)
Daun kapuk randu (Ceiba
petandra Gaerthn) daun ini memiliki anak daun pada pangkalnya, terkadang
jumlahnya sepasang kadang juga tidak. Daun ini adalah jenis daun majemuk
menjari beranak daun tujuh (septemfoliolotus).
Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis
yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke
dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari bagian utara dari Amerika
Selatan, Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C. pentandra var. guineensis)
berasal dari sebelah barat Afrika. Kata "kapuk" atau
"kapok" juga digunakan untuk menyebut serat yang dihasilkan dari
bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas
Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Juga disebut sebagai Ceiba,
nama genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi bangsa Maya (Sumeru,
2004)
Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat memiliki batang pohon
yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m.Pohon ini banyak ditanam di Asia,
terutama di pulau Jawa, Malaysia, Filipina, dan Amerika Selatan. Di Bogor
terdapat jalan yang di sepanjang tepinya dinaungi pohon kapuk. Pada saat
buahnya merekah suasana di jalanan menyerupai hujan salju karena serat kapuk
yang putih beterbangan di jalan, maka akan tertutupi oleh kapuk tersebut
(Gembong, 2007)
3.2.5 Daun
Meniran (Phyllantus niruri L.)
Daun meniran (Phyllantus neruri
L.) bagian-bagian dari daun ini adalah ibu tangkai daun (petiolus comunis),
tangkai anak daun (petiolus), anak daun (folioulum). Sedangkan jenisnya adalah
jenis daun majemuk menyirip tunggal.
Meniran disebut Phyllanthusurinaria Linn. untuk
yang batangnya berwarna hijau kemerahan, atau Phyllanthus niruri untuk yang batangnya berwarna pucat. Termasuk
dalam famili tumbuhan Euphorbiaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah
Memeniran atau meniran merah. Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia
yang sudah diketahui, antara lain : lignan (Filantin, hipofilantin, nirantin,
lintetratin), flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin,
rutin, kaempferol-4, rhamnopynoside), alkaloid, triterpenoid, asam lemak (asam
ricinoleat, asam linoleat, asam linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin,
geraniin, phyllanthin dan hypophyllanthin (Arief, 2007).
Meniran dapat ditemukan di tempat
yang lembab dan berbatu, seperti disepanjang saluran air, semak-semak dan tanah
terlantar di antara rerumputan. Tumbuhan ini bisa ditemukan di daerah dataran
rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Terna, semusim, tumbuh tegak, tinggi
30-50 cm, bercabang-cabang. Batang berwarna hijau pucat (P. niruri) atau hijau kemerahan. Daun tunggal, letak berseling.
Helaian daun bundar telur sampai bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal
membulat, permukaan bawah berbintik kelenjang, tepi rata, panjang sekitar 1.5
cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau. Dalam 1 tanaman ada bunga betina dan
bunga jantan. Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina
keluar di atas ketiak daun. Buahnya buah kotak, bulat pipih, licin, bergaris
tengah 2-2,5 mm. Bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal, berwarna coklat
(Toekijdjo, 2009).
Daun
meniran berjenis daun majemuk gasal, dikarenakan jumlah anak daun yang
ditemukan benar-benar gasal dan berpasangan, sedang di ujung ibu tangkai terdapat
anak daun yang sendiri (Gembong, 2007).
3.2.6. Daun Mawar (Rosa Sp.)
Daun mawar (Rosa Sp) daun
ini unik, selain memiliki ibu tangkai juga memiliki tepi yang jika diraba
seolah-olah terdapat duri. Sedang yang kita tahu duri hanya pada tangkainya.
Daun ini adalah salah satu jenis daun majemuk menyirip gasal (inparinpinnatus).
Mawar adalah tanaman semak
dari genus Rosa sekaligus nama bunga yang dihasilkan tanaman ini. Mawar liar
yang terdiri lebih dari 100 spesies kebanyakan tumbuh di belahan bumi utara
yang berudara sejuk. Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri
atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun
jarang ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa
mencapai 20 meter (Arief, 2007).
Sebagian besar spesies mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15 cm,
dua-dua berlawanan (pinnate). Daun
majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9
atau 13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan
menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada
batang yang dekat ke tanah. Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian
besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada
di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (Gembong, 2007).
3.2.7 Daun Kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima Sw.)
Daun kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima Sw) daun ini hampir sama dengan daun lamtoro, karena bagian dan
juga jenisnya sama. Yang membedakan daun kembang merak agak besar. Jenis daun
ini adalah daun menyirip genap ganda dua dengan sempurna.
Bunga kembang merak memiliki rasa
manis, tawar, dan bersifat netral. Beberapa bahan kimia yang terkandung pada
bunga kembang merak diantaranya tanin, gallic acid, resin, zat merah, dan
benzoic acid. Pada daunnya terkandung alkoloid, saponin, tanin, glucoside, dan
calcium oksalat. Sementara pada kulit kayu terkandung plumbagin, lambagol,
tanin, zat samak, alkolid, saponin, dan kalsium oksalat (Arief, 2007).
Sedangkan jenis daun kembang merak
ini adalah jenis daun majemuk menyirip ganda dua dengan sempurna. Jenis daunnya
hampir sama dengan daun lamtoro yaitu terlihat pada anak daun yang duduk pada
cabang tingkat satu dari ibu tangkai dan tidak ada satu anak daun-pun yang
duduk pada ibu tangkai (Gembong, 2007).
3.2.8 Daun
Putri malu (Mimosa pudica L.)
Daun putri malu (Mimosa pudica
L.) daun ini memiliki bagian yang sama dengan jenis daun-daun yang lainnya.
Yang membedakan hanya jenis daunnnya, yaitu daun mejemuk campuran.
Sebagian besar di antara kita pasti
mengenal tanaman putri malu. ini karena di banding tanaman lain. putri malu
sangatlah mudah di tumukan.di samping itu,putri malu juga mudahdi kenali karena
ciri khasnya yg sangat unik. Perhatikan saja sifat daunnya. daun putri malu
langsung menguncup begitu kita sentuh. dan karena sifat itulah,dia tidak hanya
di kenal dengan nama putri malu, tapi juga si kejut atau sensitive plant.
Sayang sekali, tanaman itu belum banyak menarik perhatian masyarakat,untuk
memanfaatkan khasiatnya bagi kesehatan.padahal, khasiatnya cukup banyak.seperti
untuk obat anti infeksi saluran pernapasan,herpes,infeksi kulit, diare, asma,
pembengkakan karena luka bahkan insomania. Ketidakpedulian orang akan putri
malu, mungkin di sebabkan karena sampai sekarang,tanaman ini tumbuh liar. Dan
memang, penggunaannya kurang populer.padahal,karena tumbuh di sembarang tempat
itulah tanaman itu berarti memenuhi persyaratan untuk di teliti lebih intensif
selama ini, penggunaan putri malu sebagai obat tradisional memang hanya
berdasarkan pengalaman yg di wariskan secara turun menurun (Arief, 2007).
Daun
putri malu adalah jenis daun majemuk campuran, karena daun majemuk ganda yang
mempunyai cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti jari dan terdapat pada
ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-cabang ibu tangkai ini terdapat
anak-anak daun yang tersusun menyirip (Gembong, 2007).
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
1. Daun
jeruk (Citrus maxima Merr)
bagian-bagiannya adalah tulang daun,
anak daun, tangkai daun, ujung daun, dan tepi daun. Sedang untuk jenisnya daun
ini adalah daun majemuk menyirip (pinnatus), dan termasuk kedalam jenis daun
majemuk menyirip beranak daun satu (uifoliolatus)
2. Daun
seledri (Apium graviolens L.)
bagian-bagian dari daun ini adalah tulang daun, anak daun, tangkai daun, ujung daun
dan tepi daun. Daun seledri termasuk jenis daun majemuk menyirip (pinnatus) dan
merupakan jenis daun majemuk menyirip gasal (emparinpinatus)
3. Daun
lamtoro (Laucaena glauca Benth)
bagian-bagian dari daun lamtoro adalah
ibu tangkai daun (petioles comunis), tangkai anak daun (petiolus), dan
anak daun (folioulum). Daun lamtoro termasuk jenis daun majemuk menyirip
(pinnatus) dan masuk kedalam jenis daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan
sempurna.
4. Daun
kapuk randu (Ceiba petandra Gaerthn)
bagian-bagian daun kapuk randu, tangkai daun, anak daun, dan tulang daun. Daun
kapuk randu termasuk jenis daun majemuk menari (palmatus atau dilgitatus), dan
masuk kedalam jenis daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus).
5. Daun
meniran (Phyllantus niruri L.)
bagian-bagian daun meniran, ibu tangkai daun (petioles comunis), tangkai anak
daun (petiolus), anak daun (folioulum). Daun meniran termasuk jenis daun
majemuk menyirip (foliolum copositum), dan masuk kedalam jenis daun majemuk
menyirip gasal (imparinpinatus)
6. Daun
mawar (Rosa Sp) bagian bagian daun
mawar, ibu tangkai daun (petioles comunis) tangkai anak daun (petiolus), anak
daun (folioulum), dan tulang daun. Daun mawar termasuk jenis daun majemuk
menyirip (folium compositum) dan masuk kedalam jenis daun majemuk menyirip
gasal (imparinpinatus)
7. Daun
kembang merak (Caesalpinia pulcherrima
Sw.) bagian-bagian daun kembang merak, ibu tangkai daun (petioles comunis),
tangkai anak daun (petiolus), anak daun (folioulum). Daun kembang merak
termasuk jenis daun menyirip (folium compositum), dan masuk kedalam jenis daun
majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna
8. Daun
putri malu (Mimosa pudica L.)
bagian-bagian daun putri malu, ibu tangkai daun (petiolus comunis), tangkai
anak daun (petiolus), anak daun (folioulum). Daun putri malu termasuk jenis
daun majemuk campuran (digitatopinatus).
4.2 Saran
§
Untuk menjelaskan praktikum tolong jangan
terlalu cepat dan mohon agak jelas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumeru. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman
Buah-buahan Komersial. Malang:
Bayumedia
Publishing
Hariana, Arief. 2007. Tanaman Obat dan Khasiatnya.
Jakarta: Penebar Swediya
Martoredjo,
Toekijo. 2009. Ilmu Penyakit Pasca Panen. Jakarta: Bumi Aksara
Muzayyinah. 2008. Terminologi tumbuhan.
Surakarta: Lpp. Universitas Negeri Surakarta
Press
Rifai, Mien A. dan Wijaya, EA. 1987. Kamus Biologi,
Anatomi, Morfologi, Taksonomi
Botani. Jakarta: Depdikbud
Rubatzky, E. Vincent. 1999. Sayuran Dunia 3.
Bandung: ITB
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Sayyid, Quthub. 2002. Tafsir Zhilalil Quran di bawah Naungan
Al-Quran Jilid Iv. Jakarta:
Gema
press insani








apakah boleh minta penjelasan melalui gambar. untuk tanaman seledri
BalasHapusapakah boleh minta penjelasan melalui gambar. untuk tanaman seledri
BalasHapus