LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN (SPT) I
TATA LETAK DAUN (Phylotaxis)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Daun pada batang, mempunyai keteraturan susunannya. Daun
terdapat pada buku-buku batang. Daun juga mempunyai susunan yang tetap pada
spesies-spesies tumbuhan. Oleh karna itu tata letak daun sering dipergunakan
sebagai salah satu cirri pengenal bagi tumbuhan(Arief, 2007).
Susunan
daun pada batang sangat mempengaruhi penerimaan cahaya matahari oleh daun-daun
tumbuhan. Tata letak daun ini juga dapat mencerminkan tata letak daun cabang
yang akan tumbuh dari tunas-tunas ketiak. Untuk mempelajari susunan daun pada
batang (tata letak daun, filotaksis) perlu diperhatikan antara lain berapa
banyak daun yang terdapat pada setiap buku. Bagaimana hubungan tata letak suatu
daun dengan daun daun pada buku atau buku-buku berikutnya. Bagaimana hubungan
antara suatu daun dengan daun tau daun-daun diatasnya. Bagaimana keadaan
ruas-ruas yang memisahkan buku-buku tempat daun melekat(Arief, 2007).
Jika
kita membandingkan duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan, ternyata
bahwa ada perbedaan, terutama perbedaan itu mengenai aturan letak daun-daun
satu sama lain pada batang. Aturan mengenai letaknya daun inilah yang dinamakan
tata letak daun. Untuk tumbuhan yang sejenis (semua pohon papaya dan dumana
saja tumbuhannya). Akan kita dapati tat letak daun yang sama. Oleh sebab itu
tat letak daun dapat pula dipakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan(Nugroho,
2006).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum kali ini adalah untuk mengenal macam-macam duduk daun (phyllotaxia)
dan membuat diagram tempat duduk daun.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tata Letak Daun (Phyllotaxis)
Daun terbentuk pada meristem apeks batang didekat bagian
yang terujung. Pembentukan daun dimulai dengan pembelahan perinklinal
sekelompok se dibagian sisi meristem apeks. Pembelahan awal umumnya terjadi pada lapisan-lapisan sel
dibawah permukaan, walaupun pada tumbuhan tertentu pembelahan dimulai dari sel
lapis terluar dan beberapa lapis dibawahnya. Sementara pembelahan diatas
berlangsungmeristem apeks terus berkembang, sehingga menjadi lebih tinggi.
Setelah mencapai tinggi tertentu, disisi lain terjadi pembelahan periklinal
yang serupa. Perkembangan kelompok sel tersebut membentuk tonjolan-tonjolan,
bakal primodium daun. Letak bakal-bakal daun tersebut mengikuti pola tata letak
daun (filotaksis) tumbuhan yang bersangkutan. Pada tumbuhan dikotil tonjolan
bakal daun tersebut biasanya berbentuk pasak, sedangkan pada monokotil
menempati keliling batang cukup panjang, dan pada dikotil pangkal tersebut
sempit(Sumeru, 2004).
Berdasarkan banyaknya daun pada setiap buku batang,
filotaksis dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu (Sumeru, 2004);
1.
Pada setiap buku–buku hanya terdapat
satu daun saja
2.
Pada tiap-tiap buku-buku batang hanya
terdapat dua daun yang berhadap-hadapan
3.
Pada setiap buku-buku batang terdapat
lebih dari dua daun(Sumeru, 2004)
1. Pada tiap buku
terdapat satu daun
Tersebar (folia sparsa) jika pada setiap buku didapatkan
satu daun. Tumbuhan dengan susunan diatas, dapat terlihat berjejal seolah-olah
terdapat ketinggian yang sama. Kedudukan daun tersebut dinamakan roset (rasula)
yang disebabkan karena ruas batang pada bagian batang tersebut sangat pendek.
Roset dapat dibedakan antara lain (Muzayyinah, 2008);
a.
Roset akar, jika batang sangat pendek
sehingga daun meneglompok didekat permukaan tanah didekat akar. Contoh pada
tapak liman (Elephantopus scaber L.)
b.
Roset batang, jika daun tersusun rapat
pada ujung batang, misalnya pada tumbuhan kelapa (Cocus nucifera). Pada tumbuhan berkayu yang mempunyai dua macam
percabangan, tegak (ortotrop) dan datar (plagiotrop), seringkali pada suatu
tumbuhan dapat ditemukan filotaksis yang berbeda (Muzayyinah, 2008).
2. Pada tiap buku
terdapat dua daun
Berhadapan (folia oposita). Pada setiap buku terdapat dua
daun yang kedudukan terpisah 180°. Pada asoka (Ixora paludosa Kurz), pasangan daun pada suatu buku membentuk sudut
90° dengan pasangan daun pada buku terdekat. Kedudukan semacam ini sering
disebut berhadapan bersilang (folia oposita decussate) (Muzayyinah, 2008).
3. Pada setiap buku
terdapat lebih dari dua daun.
Berkarang (folia verticilata), daun-daun pada karang atau
buku yang beraturan letaknya saling berseling misalnya pada alamanda (Allamanda cathartica). Pada tumbuhan
dengan tata letak daun berhadapan berkarang tidak dapat ditentukan rumus
daunnya (Muzayyinah, 2008).
2.2
Daun Tersebar dan Fibonanci
Apabila batang diandaikan sutu kerucut, maka pada batang
pada tata letak daun tersebar dapat dibuat tiga garis imajinasi (Tjitrosoepomo,
2007):
1.
Garis melingkar mendatar yang dapat
ditempatkan sebagai buku tempat melekatnya daun
2.
Garis penghubung antara suatu daun dengan puncak kerucut yang sering
disebut ortostik
3.
Garis penghubung terdekat antara suatu
daun pada suatu buku dengan daun pada buku-buku berikutnya. Garis ini melingkar
sepiral dan dinamakan spiral genetic. Berdasarkan uraian diatas kalau dimulai
dari suatu daun (daun 0), kemudian membuat garis penghubung antar daun 0 dengan
daun pada buku-buku terdekat berikutnya, maka garis ( spiral genetic) ini pada
saat memotong ortostik yang melalui daun 0 dapat menemukan daun yang tepat di
atas daun 0. Jika unuk mencapai daun yang tepat diatas daun 0 garis spiral
genetic perlu melingkari batang sebanyak a kali, dan dalam perjalan tersebut
setelah meninggalkan daun 0, ditemukan sejumlah b daun, maka dapat disusun
suatu pecahan
. Pecahan tersebut dapat digunakan untuk
(Tjitrosoepomo, 2007):
1. Menegetahui
berapa kali harus mengelilingi batang (pembilang = a). Untuk mencapai daun yang
tepat diatas daun awal, dan dalam perjalan tersebut ditemukan beberapa daun
(penyebut = b)
2. Menetapkan
besarnya sudut antara dua ratostik yang berurutan sudut divergensi.
Oleh
karena itu pecahan tersebut dapat dinamakan rumus daun tau divergensi.
Dari
penjelasan diatas dapat dicontohkan keadaan berikut. Jika ditemukan pecahan
, maka pecahan tersebut dapat memberikan
penjelasan berikut (Tjitrosoepomo, 2007) :
·
Untuk mencapai daun yang tepat diatas
daun awal diperlukan satu kali mengelilingi batang dan dalam perjalanan
menemukan dua daun
·
Sudut divergensi atau sudut pemisah
antara dua ortostik terdekat ialah =
x
360° = 180° (Tjitrosoepomo, 2007).
Keadaan tersebut
menggambarkan pula bahwa batang tersebut mempunyai dua deret daun, atau dua
ortostik. Tata letak daun semacam ini disebut distik (pisang kipas = Ravenala madagascariensis)
(Tjitrosoepomo, 2007).
Pecahan
menunjukkan : satu kali mengelilingi batang,
menjumpai tiga daun, tiga ortostik, sudut devergensi 120°. Tata letak daun
dengan susunan semacam ini disebut tristik. Tata letak daun pada tumbuhan
dengan artostik yang lebih banyak biasanya disebut daun spiral atau daun
tersebar. Bagaimana mengenai angka pembilangnya. Hal tersebut dapat dilihat
pada susunan atau deret berikut ;
. (Tjitrosoepomo, 2007).
2.3
Spirostik dan Parastik
Pada beberapa jenis tumbuhan pertumbuhan ruas-ruas antara
dua daun tidak simetris menyebabkan kedudukan daun-daun pada satu artostik
bergeser searah, sehingga tampak daun-daun tersusun pada satu garis lengkung.
Garis tersebut dinamakan spirostik. Berdasarkan jumlah spirostik dikenal tata
letak spirosmonostik (falia spiromonosticha) pada pacing (Costus sp), spirotristik (folio spirotristicha) pada pandan (Pandanus sp) (Atiek
Liestyaningsih, 1991).
Pada tumbuhan yang daunnya tersusun
rapat, daun-daun tampak tersusun pada garis-gari spiral kekiri dan kekanan.
Kedudukan daun semacam ini sulit ditentukan ortostik dan spiral genetiknya.
Garis penghubung daun-daun terdekat kekanan dan kekiri disebut parastik. Jumlah
parastik kesatu arah berbeda dengan jumlah parastik kearah yang lain. Setiap
daun terdapat titik potongdari dua parastik yang berlawanan arah tersebut.
Jumlah dereta daun juga mnunjukkan deret Fibonanci sebagai berikut (Atiek
Liestyaningsih, 1991) ;
Ke
satu arah (parastik panjang) : 1 2 3 5 8 13….dst
Kea
rah lain (parasti pendek) : 2 3 5 8 13 21….dst
Filotaksis
dinyatakan dengan menyebutkan banyaknya kedua pangkat parastik tersebut,
misalnya : 3 + 5 (Atiek Liestyaningsih, 1991).
\
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
Http://www.ipteknet.com
|
3.1.1 Daun Tempuyung (Soncus oleraceus L.)
Keterangan berdasarkan
Pengamatan :
1.
Bagian-bagian daun :
tangkai, helaian daun, telinga daun
2.
Tata Letak daun : Roset akar
3.
Alat tambahan : bunga
4.
Rumus daun : tidak
ada
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
Diagram
|
|
Http://www.plantamor.com
|
|
3.1.2 Daun Bunga Sepatu (hibiscus
rosasinensis)
Keterangan berdasarkan
pengamatan :
1.
Bagian-bagian daun : tangkai
daun, helaian daun, tulang daun,
tepi
daun,
pangkal daun
2.
Tata letak daun :
3.
Alat tambahan : bunga
4.
Rumus daun : x =
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
Diagram
|
|
Http://www.wikipedia.com
|
|
3.1. 3 Daun
Kersen (Muntingia calabura)
Keterangan
berdasarkan pengamatan :
1.
Bagian-bagian daun : tangkai daun, batang, stipula,
helaian daun
2.
Tata letak daun : Tersebar (folia sparsa)
3.
Alat tambahan : bunga, buah
4.
Rumus
daun : x =
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
Http://www.ern3.com
|
3. 1. 4 Daun Bunga Soka
(Ixora paludosa)
Keterangan berdasarkan
pengamatan :
1.
Bagian-bagian daun : tangkai, helaian daun,
2.
Tata letak daun : berhadapan-bersilang (folia oposita)
3.
Alat tambahan : bunga,
4.
Rumus daun : Tidak terdapat
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
Http://www.tanamanherbal.com
|
3.1.5 Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)
Keterangan berdasarkan
pengamatan :
1.
Bagian-bagian daun : tangkai, helaian daun
2.
Tata letak daun : Berhadapan-bersilang (folia oposita)
3.
Alat tambahan : bunga, buah
4.
Rumus daun : tidak terdapat
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
Http://www.texnatamu.com
|
3.1.6 Daun Bunga
Oleander (Nerium oleander)
Keterangan berdasarkan
pengamatan :
1.
Bagian-bagian daun : tangakai, helaian daun
2.
Tata letak daun : berkarang (folia ferticillata)
3.
Alat tambahan : bunga
4.
Rumus daun : tidak terdapat
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
Diagram
|
|
Http://www.bugenfilforum.com
|
|
3.1.7 Daun Bunga
Bugenvil (Bougenvillea spectabilis)
Keterangan berdasarkan
pengamatan :
1.
Bagian-bagian daun : tangkai, helaian daun
2.
Tata letak daun : Tersebar (folia sparsa)
3.
Alat tambahan : bunga, duri
4.
Rumus daun : x =
3.2
Pembahasan
3.2.1 Daun Tempuyung (Soncus oleraceus L.)
Tempuyung (Soncus
oleraceus L.) memiliki bagian-bagian daun seperti
tangkai, helaian daun. Selain itu tempuyung juga mempunyai alat tambahan berupa
bunga. Tata letak daun pada tempuyung adalah pada tiap buku hanya terdapat satu
daun dan merupakan jenis tata letak dauan roset akar.
Menurut
Atiek Liestyaningsih (1991), tempuyung memiliki nama lokal yang bervariasi,
daun ini di kenal denga nama jombang(jawa), rayana (sunda).pada hasil
pengamatan daun ini termasuk daun
tunggal dan tidak memiliki tangkai. Bangun daun memanjang, tepi daun bertoreh,
pangkal daun meruncing, ujung daun runcing, susunan tulang daun bersatu dengan
tulang cabang yang lain. Warna daun hijau, daging daun tipis dan lunak,
sehingga helai daun mudah layu. Daun ini mudah di temukan pada tempat yang
lembab atau yang lebih dingin karena tanaman ini tidak memiliki persyaratan
tumbuh lainnya.
Menurut
Tjitrosoepomo (2007), tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka
yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, seperti di tebing-tebing,
tepi saluran air, atau tanah terlantar, kadang ditanam sebagai tumbuhan obat.
Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang banyak
turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 0,6
- 2 m, mengandung getah putih, dengan akar tunggang yang kuat. Batang berongga
dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk
roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal
bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3
- 12 cm, warnanya hijau muda. Daun yang keluar dari tangkai bunga bentuknya
lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak berjauhan, berseling.
Perbungaan berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota
bentuk jarum, warnanya kuning cerah, lama kelamaan menjadi merah kecokelatan.
Buah kotak, berusuk lima, bentuknya memanjang sekitar 4 mm, pipih, berambut,
cokelat kekuningan. Ada keaneka-ragaman tumbuhan ini. Yang berdaun kecil
disebut lempung, dan yang berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m disebut
rayana. Batang muda dan daun walaupun rasanya pahit bisa dimakan sebagai lalap.
Perbanyakan dengan biji.
3.2.2 Daun Bunga Sepatu (hibiscus
rosasinensis)
Daun bunga sepatu (hibiscus rosasinensis)
memiliki bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun serta bagian daun
tunggalnya. Pada bunga sepatau juga terdapat alat tambahan seperti bunga, dan
tata letak daun bunga sepatu adalah pada tiap buku terdapat dua daun sehingga
tata letak daunnya berhadapan bersilang. Dan pada bunga sepatu ini terdapat
rumus daunnya yaitu x =
. Karena daun ke 0 tegak lurus dengan
daun ke 5.
Menurut
Rifai (1987),
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak
berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota
selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga
kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu.Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu disebut bunga raya. Bunga ini ditetapkan
sebagai bunga nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli 1960. Orang Jawa menyebutnya kembang
worawari.
Menurut Sumeru
(2004), b
unga terdiri dari 5 helai
daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua
lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri
dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik
berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari
berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk
kapsul berbilik lima.Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun
berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun
yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun,
sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur.Bunga berbentuk terompet dengan diameter bunga sekitar 5 cm.
hingga 20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga
bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada
umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah.Tanaman berkembang
biak dengan cara stek, pencangkokan, dan penempelan.
Kembang sepatu banyak dijadikan tanaman
hias karena bunganya yang cantik. Bunga digunakan untuk menyemir sepatu di India dan sebagai bunga persembahan. Di Tiongkok, bunga yang berwarna merah digunakan
sebagai bahan pewarna makanan. Di Indonesia, daun dan bunga
digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional. Kembang sepatu yang
dikeringkan juga diminum sebagai teh.Di Okinawa, Jepang digunakan sebagai tanaman pagar. Di
bagian selatan Okinawa, tanaman ini disebut Gushōnu hana (後生花 ?, bunga kehidupan sesudah mati) sehingga
banyak ditanam di makam (Sumeru, 2004).
3.2. 3 Daun Kersen (Muntingia calabura)
Daun kersen (Muntingia calabura) memiliki
bagian-bagian daun seperti, tangkai, helian daun dan juga bagian daun seperti
daun lainnya. Selain itu terdapat alat tambahan pada kersen yaitu bunga dan
buah. Tata letak daun pada kersen adalah pada tiap buku terdapat satu daun atau
tata letak daun tersebar. Pada kersen terdapat rumus daun yaitu x =
. Karena pada daun ke 0 tegak lurus
dengan daun ke 2.
Menurut Arief (2007), kersen atau talok adalah nama sejenis pohon dan
buahnya yang kecil dan manis. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini juga dinamai ceri
(untuk buah bernama ceri yang lain, lihat pada: ceri). Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah: datiles, aratiles,
manzanitas (Filipina), mât sâm (Vietnam); khoom sômz, takhôb (Laos); takhop farang (Thailand); krâkhôb barang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia). Juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua,
niguito (bahasa Spanyol); Jamaican cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris) dan nama yang tidak tepat, Japanse kers (Belanda), yang lalu dari sini diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Muntingia calabura L.
Perdu atau pohon kecil, tinggi sampai 12 m,
meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga
dan berbuah sepanjang tahun.Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya;
membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan
rambut kelenjar; demikian pula daunnya. Daun-daun terletak mendatar, berseling;
helaian daun tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 × 4-14 cm,
sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah
meruncing bentuk benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan rontok,
sementara sebelah lagi rudimenter. Bunga dalam berkas, berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di
sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan berbilangan
5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus; mahkota
bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, gundul, lk. 1 cm. Benangsari
berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol
keluar, ke atas helai-helai daun; namun setelah menjadi buah menggantung ke
bawah, di bawah daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap
berkasnya. Buah buni bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa
tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi
beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan; terbenam dalam
daging dan sari buah yang manis sekali (Arief, 2007).
3. 2. 4 Daun Bunga Soka (Ixora paludosa)
Daun
bunga soka (Ixora paludosa) memiliki
bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun dan bagian daun yang mulai
dari ujung hingga pangkal daun Alat tambahan pada bunga soka adalah bunga, dan
tta letak daun pada bunga sokayaitu pada tiap buku terdapat dua daun sehingga
tata letak daunnya adalah berhadapan bersilang. Sedang untuk rumus daunya tidak
terdapat Karena bunga soka tidak dapat dihitung rumus daunnya.
Menurut
Nugroho (2006), daun dari bunga soka ialah
tunggal, seling berhadapan (folia
opposita) lonjong, pangkal
meruncing,tepi rata, ujung runcing, pertulangan menyirip. Sehingga pada
buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang
dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini
dinamakan berhadapan- bersilang (folia
opposita).
3.2.5 Daun
Mengkudu (Morinda citrifolia)
Daun mengkudu (Morinda
citrifolia) memilki bagian daun seperti tangkai, helaian daun dan juga
bagian daun seperti ujung, dan juga semua yang terletak pada daun hingga
pangkal. Alat tambahan pada daun mengkudu ini adalah buah. Dan tata letak daun
pada mengkudu adalah pada tiap buku terdapat dua daun sehingga tata letak
daunnya berhadapan bersilang.
Menurut
Bangun (2002), zat
nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap.
Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral
penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium,
salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang
hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine,
plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine,
antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll.Terpenoid. Zat ini
membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.Zat anti
bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat
mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens
morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat
anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti
Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S
. flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.Scolopetin.
Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan
anti-alergi.Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu
paling efektif melawan sel-sel abnormal.Xeronine dan Proxeronine. Salah satu
alkaloid penting yang terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah
mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan
pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar.
Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine
diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif,
mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
3.2.6 Daun Bunga Oleander (Nerium oleander)
Daun bunga oleander (Nerium
oleander) memilki bagian-bagain daun seperti tangkai, helaian daun dan juga
bagian mulai darai ujung hingga pangkal sesuai bagian daun. Alat tambahan pada
oleander adalah bunga dan tata letak daun pada oleander adalah pada tiap buku
terdapat lebih dari dua daun sehingga tat letak dauunya berkarang.
Menurut Tjitrosoepomo (2007), pada bunga yang tata letak
daunnya berhadapan berkarang sulit ditentukan rumus daunnya. Seperti pada bunga
oleander ini bunga ini memilki tata letak daun yang berkarang sehingga rumus
daunnya sulit ditentukan.
3.2.7 Daun Bunga Bugenvil (Bougenvillea spectabilis)
Daun bunga bugenvil (Bougenvillea
spectabilis) memilki bagian-bagian daun seperti tangkai, helaian daun dan
juga bagian mulai dari ujung hingga
pangkal seperti tumbuhan lainnya. Alat tambahan pada bugenvil adalah bunga dan
duri, sedang untuk tata letak daunnya adalah tiap buku terdapat satu daun sehingga
tata letak daunnya tersebar. Untuk rumus daunnya dapat ditentukan yaitu x =
.
Menurut
Tjitroseopomo (2007), walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika diteliti justru
akan kita jumpai hal-hal yang sangat menarik dan akan terlihat bahwa ada
hal-hal yang bersifat beraturan. Misalnya pad tumbuhan bugenvil ini, terlihat
batangnya berbentuk silindris, dan pada buku-bukua daunnya terlihat
keteraturanantara jarak daun satu dengan daun lainnya.
BAB
IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Daun
Tempuyung (Soncus
oleraceus L.)
bagian-bagian
daun seperti tangkai, helaian daun, terdapat alat tambahan berupa bunga. Tata
letak daun pada tiap buku hanya terdapat satu daun dan merupakan jenis tata
letak daun roset akar.
2. Daun Bunga Sepatu (hibiscus
rosasinensis) bagian-bagian daun
seperti tangkai, helaian daun, terdapat alat tambahan seperti bunga,tata letak
daun bunga sepatu adalah berhadapan bersilang. Rumus daunnya yaitu x =
.
3. Daun
Kersen (Muntingia calabura) bagian-bagian
daun seperti, tangkai, helian daun, terdapat alat tambahan yaitu bunga dan
buah. Tata letak daunnya adalah tersebar. Rumus daunnya yaitu x =
.
4. Daun
Bunga Soka (Ixora paludosa) bagian-bagian
daun seperti tangkai, helaian daun . Alat tambahan pada bunga soka adalah
bunga, tata letak daunnya adalah berhadapan bersilang, tidak terdapat rumus
daun.
5. Daun
Mengkudu (Morinda citrifolia) bagian
daun seperti tangkai, helaian daun. Alat tambahan pada daun mengkudu ini adalah
buah, tata letak daunnya berhadapan bersilang.
6. Daun
Bunga Oleander (Nerium oleander) bagian-bagain
daun seperti tangkai, helaian daun. Alat tambahan pada oleander adalah bunga,
tata letak dauunya berkarang.
7. Daun
Bunga Bugenvil (Bougenvillea spectabilis)
bagian daun seperti tangkai, helaian daun. Alat tambahan pada bugenvil adalah
bunga dan duri, tata letak daunnya tersebar. Rumus daunnya dapat ditentukan
yaitu x =
.
4.2
Saran
o
untuk pemberitahuan bahan sebaiknya
lebih awal agar lebih mudah menyiapkannya
o
kalau revisi harap pemberitahuannya di
percepat
DAFTAR
PUSTAKA
Ashari. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman
Buah-buahan Komersial.
Malang: Bayumedia Publishing
Bangun, A.P. 2002
. Phyllotaxis. Jakarta: Erlangga
Hariana, Arief. 2007. Tanaman
Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swediya
Liestyaningsih, Atiek. 1991. Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologis Tempuyung.
Yogyakarta. Jurnal
Litri. Vol 9, 12 November. 1991
Muzayyinah. 2008. Terminologi tumbuhan. Surakarta: Lpp. Universitas
Negeri
Surakarta Press
Nugroho,
L. Hartanto. 2006. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rifai, Mien A. dan Wijaya, EA. 1987. Kamus Biologi,
Anatomi, Morfologi,
Taksonomi
Botani. Jakarta: Depdikbud
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press